CIREBON (CT) – Masyarakat rela antre dan berebut memasuki area balong Masjid Kramat Trusmi untuk mandi atau sekadar cuci muka air coklat keabu-abuan yang terletak di kedalaman lebih dari 5 meter.
Fenomena tahunan tersebut terjadi setiap bulan Maulid yang diperingati sebagai tradisi turun temurun bagi masyarakat Cirebon.
Tradisi muludan yang berlangsung sejak 25 Desember hingga 6 Januari ini didatangi ribuan pengunjung dari dalam maupun luar Cirebon untuk melakukan ritual mandi dan ziarah kubur ke makam Mbah Buyut Trusmi.
Masyarakat yang berkunjung mengaku sudah mengikuti adat istiadat ini sejak bertahun-tahun untuk mengalap berkah.
“Iya kami datang sekeluarga biar mendapat barokah dan dilancarkan segala urusannya. Sekalian silaturahmi ke Makam Mbah Buyut Trusmi,” ujar Carsini warga Juntinyuat Indramayu sehabis mencurahkan uang receh kepada anak yatim dan duafa di halaman masjid, Rabu (6/1).
“Nanti malam adalah malam pelal. Tetapi, tahun ini pusaka dan jimatnya tidak dikeluarkan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Tradisi ini warisan leluhur turun temurun yang semua orang bahagia menyambutnya dan harus terus lestari,” ujar Ade Kepala Desa Trusmi saat dijumpai di kantornya.
Tak pelak, selain mengandung banyak makna religius, tradisi muludan ini menjelma menjadi pesta rakyat. Banyak pedagang berjubal di kanan kiri jalan menjajakan jualannya yang nyaris tidak pernah sepi dipadati pembeli.
“Alhamdulillah banyak pengunjung yang tidak hanya ziarah tapi sekaligus belanja sebagai oleh-oleh di rumah,” ujar Minah pedagang intip asal Gunungjati.
Dari mandi di balong, ziarah, meminta air doa kepada sesepuh, memberi uang receh kepada duafa, hingga mencoba aneka hiburan dan makanan, pada intinya dimaknai sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala limpahan rahmat dan karunia bagi warga Cirebon. (Uyung)