Pendudukan Jepang di Indramayu

Oleh DADANG KUSNANDAR*

MENERUSKAN bacaan dokumen Sekelumit Kisah Perjuangan Masyarakat Kotamadya Cirebon, saya tergerak menulis bagian ini. Halaman 31 dokumen itu sudah buram dan banyak kalimat yang terkupas alias harus jeli betul membacanya. Penggunaan mesin tulis (sangat mungkin dokumen yang ada di tangan saya merupakan tindasan lapis kesekian dari kertas karbon) cukup menyita perhatian agar tidak menulis ulang.

Soal pendudukan Jepang ini merupakan tulisan R. Suparman Wirananggapati, pendiri Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Cirebon. Ditulis di Jakarta 11 Maret 1976 bertepatan dengan Kamis Kliwon 10 Rabi’ul Awal 1396 H yang diselesaikan pada pukul 17.45 WIB dalam usia tuanya. Suparman sadar betul bahwa ia banyak lupa pada sejarah BKR sehingga hanya mampu menulis sepanjang 27 halaman (20-47).

Terbaca sekali ia seorang yang santun dan rendah hati. Sayang sekali tidak ditulis alamat rumahnya ketika usai menulis sejarah BKR di Cirebon dan sekitarnya. Akibatnya jika hendak merunut lagi sebagian biografinya yang terpenggal, mengalami kesulitan.

Halaman 31 diberi judul Peta Cirebon Dai Ni Daidan di Jatibarang. Di bawah ini adalah ulasan beliau. Pengalaman Peta Cirebon Dai Ni Daidan selama di Jatibarang berjalan sebagaimana biasa, seperti yang telah dialami waktu kami masih di Majalengka. Markas dan asramanya terletak di Desa Bulak. Kekuatan yang diasramakan di sini adalah dua cundan (kompi). Saya sebagai cundan (Dai San Cundan) dan Abdul Mukti (Dai Yon Cundan). Daidanco Sidokan Iwanaga beserta kasikan (pembantunya).

Saya dan Abdul Mukti Dai Yon Cundancho berada di luar asrama karena telah berumah tangga. Para pelatih dari Jepang harus tinggal di asrama. Ada pun Dai Ichi Cirebon (Kompi I) diasramakan di Indramayu karena mesti menjaga keamanan di seluruh daratan berikut pantai Kabupaten Indramayu di bawah komando Aria Suraatmadja.

BACA JUGA:  Memaknai Hijrah Kemerdekaan secara Hakiki

Dari menara tinggi yang terbuat dari bambu, gyuuhay (tamtama) secara bergiliran sekali seminggu dengan alat teropong jauhnya (verrekijker) mesti memantau keadaan Laut Jawa. Menjaga segala kemungkinan jika sayup-sayup dekat ufuk (horizon) terlihat kapal musuh (Sekutu) mengintai, menyelundup kemudian mendarat. Pantai yang diawasi adalah pantai Utara Indramayu.

Begitu pula Dai Ni Ciuudan (Kompi II) di bawah komando Cundancho Sastraatmadja ditempatkan di Patrol. Prajuritnya diasramakan di dalam bangunan besar bekas penimbunan padi milik orang Cina.

Walaupun ditempatkan di Bulak Jatibarang, sebagai Dai San (Cundacho) sewaktu-waktu mesti mengontrol ke pelabuhan ikan Dadap Karangampel, karena di situ juga ada menara tinggi yang terbuat dari bambu dan kayu. Prajurit secara bergiliran meneropong pantai Timur Indramayu. Hingga akhir tahun 1994 mengingat kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya (Dai Tooa Sento) atau Perang Pasifik kian menurun, hal mana berpengaruh ke pantai Utara dan pantai Timur Indramayu. Pengawasan harus diperketat kalau-kalau ada kapal tempur musuh muncul atau kapal selam pasukan Sekutu mendadak menyembul ke permukaan laut.  []

*) Bidang Infokom DHC Angkatan 45 Kota Cirebon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *