Ngising Jarit Cewok Aspal

Oleh DADANG KUSNANDAR*

BAHASA gaul Cirebon ternyata cukup menggelitik. Judul di atas contohnya. Apa jadinya jika seseorang berak (ngising) mengeluarkan kain bekas (jarit)? Celakanya lagi ia cebok (cewok) menggunakan aspal.

Penggunaan bahasa gaul dengan simbol kadang menjadikan kita giris mendengarnya. Seseorang yang berak dan mengeluarkan tinja saja manakala harus ngeden sudah cukup tersiksa. Bagaimana lagi jika yang keluar dari anus adalah jarit? Ditambah pula dengan cewok aspal maka lengkap sudah rasa sakit yang dideritanya.

Ngising jarit cewok aspal ternyata merupakan gambaran kemiskinan seseorang. Jangankan untuk makan, bahkan berak pun ia menderita. Cewok aspal mungkin saja comotan dari pelajaran ilmu alam (fisika) yakni tentang fatamorgana. Salah pandang, dari kejauhan terlihat seperti air padahal hanya aspal jalan yang menghampar. Fatamorgana biasanya terjadi ketika terik matahari begitu membakar.

Bagi orang miskin penggambaran bahasa gaul Cirebon itu menggelikan. Kemiskinan yang memang dilakoni cukup panjang akhirnya cukup asik untuk ditertawakan. Dijadikan parodi. Serta diibaratkan sebuah fatamorgana.

Agaknya kesulitan perolehan pangan (bagi sebagian orang Cirebon) layak disikapi dengan wajar. Sikap ini mengemuka boleh jadi karena proses salah urus dalam hal pemenuhan kebutuhan/ hajat hidup orang banyak. Meski pun UUD 1945 menjamin fakir miskin namun fakta yang berlangsung justru sebaliknya, yaitu memelihara kemiskinan. Meski pun juga dinas sosial, lembaga swadaya masyarakat agak getol memberdayakan orang miskin; kenyataannya malah kedua instansi itu yang berdaya dan orang miskin tetap tidak berdaya.

Untuk mengurai kemiskinan supaya tidak membengkak jumlahnya tiap catatan awal tahun anggaran atau anggaran perubahan, nampaknya mesti ada kebijakan publik yang berangkat dari kehendak mengentaskan/ meminimalisir kemiskinan. Membicarakan kemiskinan pada sebuah hotel mewah kiranya tidak terulang lagi karena hal itu merupakan paradoks sosial. Sekaligus menyakiti peranakan orang miskin.

BACA JUGA:  Pemkab Cirebon Giatkan Gerakan "Magrib Mengaji"

Kemiskinan meminjam ujaran Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, “Akan kutebas dengan pedangku bila kemiskinan berwujud”. Artinya dalam pandangan agama dan norma sosial mana pun kemiskinan harus tersingkir. Dan dengan demkian orang miskin bisa ngising tai cewok banyu. Bukan ngising jarit cewok aspal. []

*) penulis lepas, tinggal di Cirebon.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *