Ilustrasi
Oleh Jeremy Huang
ARTI kata Ceng Beng Artinya terang Benderang, karena di Tiongkok sedang mengalami musim terang setelah sekian lama turun hujan. Ceng beng diperingati 4-6 April tiap tahunnya.
Ada juga yang menceritakan Ketika ada orang di Tiongkok yang sudah lama berperang dan akhirnya menang hingga membuat dia jadi Raja. Ketika menang keluarganya banyak yang meninggal. Untuk dapat menemukan makam keluarganya, dia mewajibkan semua warganya menandai makam keluarganya masing-masing dengan pita kuning. Setelah warganya menandai, ternyata beberapa ada kuburan yang belum ditandai yang ia pastikan sebagai makam keluarganya.
Menurut Uung Senanda, ketua Majelis tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia, diantara semua Dao yang mengatur kehidupan manusia, tiada yang lebih penting daripada Li (Kesusilaan). Li itu mempunyai lima pokok (Wu Jing), dan daripadanya tiada yang lebih perlu daripada Sembahyang/Ibadah (Ji). Adapun Ji itu bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan dari tengah batin keluar dan lahir di hati.
Bila hati itu dalam-dalam tergerak, perwujudannya meraga di dalam Li. Karena itu hanya orang bijaksana yang berkebajikan dapat penuh mewujudkan kebenaran daripada Sembahyang/Ibadah).
Melakukan sembahyang kepada leluhur bermaksud melanjutkan perawatan dan melestarikan laku bakti: yang berbakti itu memberi perawatan. Dilaksanakan patuh-taqwa di dalam Dao (Shun Dao), tidak melawan tata jalinan hubungan (kemanusiaan); demikianlah yang dinamai memberikan perawatan.
Maka seorang anak berbakti, di dalam mengabdi pada orang tua, ada tiga Dao (San Dao); pada waktu hidupnya, diberi perawatan, ketika orang tua berpulang, dilakukan perkabungan; dan setelah digenapkan perkabungan, diselenggarakan sembahyang untuk (memperingatinya).
Di dalam melakukan perawatan, lihatlah apakah ada kepatuhan; di dalam melakukan perkabungan, lihatlah apakah ada rasa sedih; dan di dalam melakukan sembahyang, lihatlah apakah ada rasa hormat dan sesuai dengan waktunya. Bila orang dapat memacu penuh-penuh di dalam dao yang tiga ini, ia benar-benar melaksanakan kewajiban anak berbakti. (Liji XXII Ji Tong: 1,3)
Dipersembahkan segenap sajian, dengan wajah menunjukkan bakti; musim panas (yue), semi (ci), dingin (zheng) dan rontok (chang), ke hadapan Tuhan dan leluhur yang telah mendahulu, diungkapkan hasil kahian, ‘Lestari berlaksa jaman tanpa batas’ (Tian Bao, Shi Jing II Xiao Ya, bait ke 4) Zengzi berkata, “Hati-hatilah saat orang tua berpulang dan janganlah lupa memperingati sekalipun telah jauh. Dengan demikian rakyat akan kembali tebal kebajikannya.” (Lunyu I: 9)
Pada saat bersembahyang pada Shen, rasakanlah kehadirannya, pada saat bersembahyang kepada leluhur, rasakan kehadirannya pula. (Lunyu) Qing Ming adalah semangat cinta kasih yang tak putus oleh perpisahan jasad, diwujudkan dalam ibadah yang keluar dari hati, bukan sekedar tradisi, tapi nilai kebajikan yang dibimbingkan agama. Ibadah itulah pokok agama.
Disabdakan dalam Li Ji, “Maka seluruh Li itu pasti berpokok pada Yang Maha Esa (Da Yi), sehingga terpilahkan Tian (Sang Pencipta) dan bumi (Ciptaan), yang menggerakkan sifat Yin dan Yang, yang menjadikan perubahan ke empat musim, yang menghadirkan Nyawa dan Rokh (Gui Shen) dan turun sebagai Firnan. Pengaturan ini semua dari Tian.” (Li Ji VII, Li Yun IV. 4)
Qing Ming adalah wujud rasa syukur kami atas kehidupan yang telah dianugerahkan Tian melalui orang tua dan leluhur. Semoga para leluhur berkenan menerima dan apa yang kami laksanakan dapat menyemarakkan kebajikan di seantero kolong langit. []