Melestarikan Ujungan, Seni Beladiri Khas Majalengka

Majalengkatrust.com – “Ujungan” adalah salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Majalengka, yang biasanya dipergunakan untuk melakukan ritual memohon hujan. Selain itu, Ujungan juga adalah salah satu seni bela diri yang menggunakan rotan, sama halnya dengan Sampyong.

Bedanya Ujungan memukul tubuh menggunakan rotan dan pukulannya tidak dibatasi, sedangkan sampyong memukul tubuh mulai bagian paha hingga kaki.

Ujungan dimainkan oleh dua orang pemain dengan satu orang wasit atau kamandang, kesenian ini pun diiringi dengan tabuhan gamelan dengan gamelan kendang pencak, para pemain menari mengikuti suara gamelan. Gerak tari yang ditampilkan adalah gerak tari yang menunjukan atau melambangkan kekuatan tubuhnya dan kelincahan menghindar dari “sabet”an lawan.

Walaupun dalam pertunjukanya adalah bentuk perlawanan atau bentuk adu kekuatan, namun setelah pertunjukan usai, para pemain tidak ada unsur dendam atau sejenisnya, rasa kekeluargaan dan sportivitasnya tetap terjaga dengan baik.

Seni bela diri ujungan di Majalengka sendiri mulai banyak ditinggalkan. Pasalnya, kesenian ini dianggap berbahaya di samping itu kurang banyak diminati masyarakat. Kesenian itu hanya ada di beberapa daerah seperti di Desa Cengal, misalnya di Padepokan Pencak Silat Ujungan Bunilaya Kuda Putih. Padepokan ini dipimpin oleh Taufik Hidayat.

Menurut Taufik, padepokannya berdiri tahun 2009, kini aggotanya sudah sebanyak 35 orang, 15 orang diantaranya adalah usia 6 tahun hingga 13 tahun, 6 orang lainnya usia SMP hingga SMA, sisanya adalah orang dewasa yang masih mencintai ujungan, dan sebanyak 8 orang diantaranya adalah perempuan.

“Kesenian bela diri ujungan ini diperkenalkan oleh orang tua kami, Rodi yang kini sudah berusia 78 tahun, kami minta Pak Rodi untuk terus melatih kami agar kesenian ini tidak punah, bersyukur sekarang ilmunya sudah diturunkan sebagian, sehingga kesenian bela diri ini diharapkan tidak punah,” ungkap Taufik, Jumat (12/05).

BACA JUGA:  Amankan Lokasi, Polsek Cantigi Pasang Police Line di SDN II Cangkring

Sekarang menurutnya ada dua yang ditonjolkan dari kesenian bela diri ujungan ini, yakni seni rampak dan beladirinya atau ibing dan tarung.  Bagaimana kesenian ini bisa tetap diminati oleh anak muda, namun anak muda juga bisa membela diri dengan gerakan-gerakan yang ada di ujungan.

“Kami sulit meyakinkan masyarakat agar anak-anaknya diperbolehkan untuk berlatih. Sebagian masyarakat ada yang melarangnya dengan mengatakan bahwa aktivitas tersebut tidak berguna,” kata Taufik.

Agar tidak mengganggu kegiatan sekolah dan jadwal Mengaji anak-anak, jadwal latihan pun dilakukan sore hari mulai pukul 13.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB atau hari libur sekolah. Untuk anak-anak dilakukan setiap hari.

Pelatihan yang diberikan adalah teknik-teknik bela diri, bagaimana menghindari pukulan lawan, mana saja simpul-simpul yang bisa melumpuhkan lawan dan lain sebagainya.

“Kami butuh dorongan orang tua anak-anak atau guru di sekolah, sehingga anak-anak bisa berlatih bela diri, kami benar-benar ingin kesenian ini tetap lestari, dan diminati generasi sekarang,” kata dia. (Abduh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *