Citrust.id – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, Agus Permana mengatakan, Kabupaten Majalengka yang sebelumnya peringkat 6 daerah rawan bencana turun menjadi peringkat 13 se-Jawa Barat.
“Faktor kenapa bisa turun karena akhir-akhir ini sudah jarang bencana. Untuk yang rawan longsor di musim hujan di daerah yang ada perbedaan ketinggian, seperti di daerah Selatan Kabupaten Majalengka,” ujarnya.
“Potensi bencana paling besar meletusnya Gunung Ciremai dan 19 kecamatan rawan pergerakan tanah, paling potensi Malausma, Lemahsugih, Talaga, Bantarujeg dan lainnya,” jelas Agus.
Agus mengungkapkan, objek wisata Paralayang Gunung Panten juga potensi longsor karena batuan tidak kompak dan tanahnya labil. Namun ada solusi, penghijauannya ditambah dan diperkeras dengan tebing penahan dan lain sebagainya.
“Saran dari Badan Geologi harus dibuat saluran pencegah ke arah tempat take off dan disarankan ditanami tanaman akar keras,” ungkapnya.
Agus menambahkan sesuai Data BMKG puncak musim penghujan Januari-Maret.
“Makanya kita buka posko siaga darurat banjir dan longsor. Potensi banjir bandang di Sindangwangi di Desa Sindangwangi yang kemarin tebing longsor hampir 100 meter panjangnya dan ada aliran air ditanahnya,” ungkapnya.
Dikatakan dia, pencegahan longsor itu harusbdengan konservasi tanah dan penanaman pohon.
“Sayangnya alat pendeteksi bencana pergerakan tanah atau alat early warning sistem 5 rusak semua dan harus diperbaiki semua, alat tersebut sangat mahal kalau beli baru sekitar Rp300 jutaan,” jelasnya.
Agus mengungkapkan, alat pendeteksi bencana dini tersebut dipasang di Gunung Anten Malausma, Padarek Lemahsugih, Jeruk Leueut Sindangwangi, Sidamukti Kecamatan Malausma dan Desa Cibeureum Kecamatan Talaga.
“Alatnya nyambung ke Toa mesjid dan radio, apabila ada pergerakan langsung bunyi sirine nyala,” tukasnya.
pihaknya sekarang sedang berusaha memperbaiki alat tersebut dengan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait. (Abduh)