Lahan Pertanian Hanya Sebuah Nomenklatur

Oleh: Asna SP

HAMPIR separoh luas tanah negara Indonesia ini adalah hutan dan lahan pertanian, di tahun 1990an gaung pertanian dianggap mencapai puncaknya di bawah pemeritahan Presiden Suharto.
Hampir seluruh program pertanian tak menemui kendala yang berarti, bahkan masyarakat petani merasakan kehidupan yang cukup sejatera dengan menjalankan profesi sebagai petani.

Namun seiring perkembangan jaman atau era kemajuan, ternyata justru membawa masyarakat petani semakin mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan proses pertanian yang seakan terlihat semakin modern.

Tepatnya memasuki tahun 1999-2000 kondisi negara dilandak berbagai persoalan yang sangat berat. Krisis moneter tidak bisa dihindari, hampir seluruh masyarakat Indonesia terkena imbasnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pergeseran besar-besaran di semua bidang usaha, baik skala besar bahkan menyasar usaha skala kecil. Termasuk masyarakat petani, mulai mengalami kesulitan mendapatkan sarana dan prasarana produksi pertanian.

Juga mulai terlihat sebagian lahan pertanian yang beralihfungai yang tidak dapat dijadikan andalan untuk lahan pertanian penghasil berbagai produksi pertanian.

Di era 1980-1990an lokasi lahan pertanian masih secara jelas ada sesuai nama yang diberikan masyarakat di suatu tempat tersebut. Seperti di Jawa Barat, banyak lahan pertanian yang dijadikan nama blok di sebuah wilayah pedesaan atau kelurahan.

Bisa kita sebut, Sawah Desa, Sawah Gede, Sawah Jaba masih ada lainnya yang dalam bahasa masyarakat Jawa Barat Sawah itu diartikan lahan pertanian dengan tanaman padi.

Coba kita lihat sekarang, nama yang memiliki arti sebuah lahan pertanian, kini secara nyata dan jelas tidak mencerminkan sesuai namanya. Hampir semuanya, saat ini lahan pertanian hanya sebuah nomenklatur seperti judul yang penulis sajikan.

Tidak jarak saat ini, memasuki kurun waktu 15 tahun ini hampir setiap wilayah di pedesaan sudah banyak terjadi pergeseran lokasi lahan pertanian menjadi komplek perumahan, pabrik dan lokasi tambang.

BACA JUGA:  Grage City Mall Hadirkan Carnival Kemerdekaan

Dengan kondisi yang dianggap sudah memasuki era digital saat ini, masyarakat tidak bisa menghindar dari apa yang ada di depan. Seiring itu pula, pertanian pun sudah harus mengikuti, bukan lagi dengan lahan yang luas akan menghasilkan secara maksimal.

Melainkan berupaya memaksimalkan lahan yang semakin sempit, dengan berbagai cara modern menjadikan pertanian tidak dianggap hal yang ketinggalan.

Kita tengok negara maju Jepang, Singapura, Australia kemajuan jaman dengan teknologi semakin canggih, di sana justru pertanian semakin mordern.

Hal ini yang menjadi tantangan pemerintah Indonesia, bagaimana menempatkan orang yang sesuai ilmunya.
Mengajak masyarakat, harus semakin meningkatkan pertanian yang saat ini masih menjadi andalan kekuatan negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya, terutama masyarakat petani.

Penulis, Pemerhati Pertanian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *