Kisah Arya Permana, Putus Sekolah Karena Berbobot 189,5 Kg dan Ditangani 13 Dokter Spesialis

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Arya Permana, bocah kelahiran 15 Februari 2006 silam memiliki berat badan yang tidak biasa dibanding teman-teman seusianya yakni 189,5 kg. Putra pasangan Rokayah (IRT) dan Ade Somantri (satpam pabrik) ini tinggal di Cipurwasari, Tegalwaru, Karawang. Arya oleh pihak sekolah dikenal sebagai siswa yang berprestasi. Sejak duduk di kelas 1 dan 2 SD selalu menjadi juara kelas. Namun, menginjak semester pertama kelas III, Aria tidak bisa bersekolah karena terkendala berat badan.

Arya akhirnya ditangani tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Arya didiagnosis mengalami obesitas yang sangat berlebih. Menurut Kepala tim dokter yang menangani Arya saat ini, dr Julistyo TB Djaisn SpA(K) mengatakan, bahwa Arya memiliki tinggi badan 147 cm. Dengan tinggi badan tersebut, harusnya berat badan ideal Arya di bawah 50 kg.

Sebanyak 13 dokter spesialis akan memberi tindakan untuk menurunkan berat badan Arya. Di antaranya dari spesialis gizi, anak, tumbuh kembang, kejiwaan, dan ortopedi.

Sebelumnya, Arya pernah berobat ke RSHS bagian poli gizi RSHS pada 11 Juni 2015 dan 18 Juni 2015 silam. Setelah menjalani seluruh pemeriksaan, pasien meminta pulang untuk mengurus BPJS dan baru kembali ke RSHS pada 2 Juli 2016. Tahun lalu, beratnya 100 kg. Ketika dicek, asupannya berlebih. Jika normalnya 2.300 kalori per hari, kalori yang dikonsumsi Arya 6.500-6.800 per hari.

Julistyo menilai bahwa terjadi pola makan yang keliru pada pasien. Untungnya, sampai terakhir pasien dirawat, tidak ada penyakit komplikasi yang diakibatkan oleh obesitasnya.

Arya sangat menyukai mie instan dan minuman kemasan. Ketika mengonsumsi nasi bisa empat kali sehari, jika tidak ada nasi, maka ia menggantinya dengan mie instan. Namun, bocah ini mengalami kesulitan tidur. Menurut orangtuanya, ketika sulit tidur, Arya merengek minta diberi minuman kemasan rasa jeruk dan selama 24 jam ia bisa menghabiskan 20 gelas. Jika tidak diberi, maka Arya akan menangis hingga guling-guling.

BACA JUGA:  Fakta Terbaru Obesitas, Termasuk Gangguan Otak

Direktur Utama RSHS Ayi Djembarsari mengatakan, bahwa Arya perlu dirawat karena beberapa alasan. Pertama, memudahkan akses terhadap pasien. Kedua, program penurunan berat badan dalam waktu singkat harus mendapat pengawasan ketat. Karena itu, tim dokter akan mengawasi setiap proses yang dilakukan dalam program penurunan berat badan Arya. (Net/CT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *