Citrust.id – Meski menyandang nama jahe impor, jahe asal Cina kurang diminati masyarakat.
Jahe berukuran besar itu mudah busuk, teksturnya berair dan tidak tahan lama. Rasanya pun hambar tak beraroma.
Salah seorang pedagang Pasar Jagasatru, Kota Cirebon, Irfan Robiansyah, mengatakan, Jahe Cina sudah beredar pasar sejak 5 hari lalu.
“Susah menjual Jahe Cina. Banyak masyarakat yang tidak suka,” ungkapnya.
Irfan menjelaskan, dibandingkan jahe lokal, harga jual Jahe Cina lebih murah, yakni Rp26 ribu perkilogram. Sedangkan jahe lokal dijual di kisaran Rp30 ribu.
Jahe lokal atau biasa disebut jahe emprit berukuran kecil. Aromanya juga lebih menyengat. Jahe tersebut lebih tahan lama.
Meski lebih mahal, kata Irfan, jahe lokal lebih diminati masyarakat.
“Pedagang pernah menjatuhkan harga Jahe Cina. Tetap saja masyarakat lebih memilih jahe lokal,” ucapnya.
Sementara, Kabid Perdagangan Disperindagkop UMKM Kota Cirebon, Ateng, mengaku, pihaknya belum mengetahui secara jelas beredarnya Jahe Cina di pasaran.
Dalam waktu dekat, Disperindagkop akan melakukan penelusuran ke pasar tradisional serta berkoordinasi dengan Pemprov Jabar dan Kemendag untuk tindak lanjut ke depan.
“Kami harus berkoordinasi dulu dengan pihak provinsi dan kementerian. Kami di daerah tidak bisa berbuat banyak karena itu barang impor,” tandasnya./dhika