Ilustrasi
CIREBON (CT) – Ketika musim hujan tiba, kota-kota di Indonesia hampir dapat dipastikan dilanda banjir. Banjir seperti sudah menjadi tradisi tahunan yang harus dihadapi meski dengan segala keterbatasan. Banyak rumah, bangunan megah, jalan-jalan, dan kendaraan terendam. Anehnya, persoalan ini tidak pernah selesai dan terus berulang. Ada apa sebenarnya?
Penyebab utamanya adalah kerusakan lingkungan, hal ini ditandai peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (pemanasan global). Kondisi bumi yang memanas menyebabkan perubahan iklim semakin tidak stabil. Dampak perubahan iklim bagi Indonesia dapat dirasakan dengan semakin keringnya musim kemarau dan intensitas air hujan yang semakin tinggi di musim penghujan.
Selain itu, sistem pengelolaan lingkungan yang buruk. Pengelolaan lingkungan semakin berpengaruh terhadap kehadiran bencana banjir, seiring dengan kecenderungan semakin meningkatnya wilayah perkotaan. Pertambahan jumlah penduduk, terutama di wilayah perkotaan, berdampak pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal dan daya dukung perkotaan. Meluasnya wilayah pemukiman memiliki pengaruh langsung terhadap berkurangnya daerah resapan air, karena hampir seluruh permukaan tanah berganti dengan aspal atau beton.
Berikutnya perilaku manusia. Masyarakat perkotaan seringkali menghiraukan aspek lingkungan. Terbukti di kota-kota besar, gedung bertingkat dan jalanan beton menggusur tanah-tanah resapan air, bahkan situ atau danau ditimbun kemudian dibangun mall. Keegoisan manusia telah menyebabkan bencana banjir. (Net/CT)
Komentar