Ilustrasi
CIREBON (CT) – Dari dulu, persoalan rokok dan kesehatan tidak pernah ada titik temu. Pro dan kontra soal kesehatan dan bahaya merokok masih saja menjadi topik hangat. Kini, muncul topik baru mengenai harga rokok naik. Seperti biasa, sebagian orang ada yang berteriak tak setuju, sebagian lagi juga ikut berteriak mendukung.
Kabarnya, harga rokok yang dinaikkan ini bisa menjadi salah satu cara untuk membuat para perokok aktif stop merokok. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan kesehatan perokok itu sendiri, tapi juga orang lain yang menjadi perokok pasif. Artinya, rokok bisa meningkatkan angka kematian hingga pembengkakan biaya yang dikeluarkan negara untuk mengobati siapa pun yang terkena dampak dari rokok.
Banyaknya orang yang sakit akibat rokok ini menandakan rokok meningkatkan angka Penyakit Tak Menular (PTM). Untuk itu, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia membuat suatu studi mengenai apa yang bisa dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi angka yang terus melonjak tiap tahunnya.
Hasil studi yang dilakukan pada Desember tahun lalu ini menunjukkan, kemungkinan perokok akan berhenti merokok jika harganya dinaikkan dua kali lipat. Namun, mengenai harga rokok yang naik ini, dia merasa butuh waktu 1-2 tahun hingga pemerintah dan politisi menyetujui gagasan tersebut. (Net/CT)