Oleh: Dr. Niknik M. Kuntarto, M.Hum
(Dosen Universitas Multimedia Nusantara)
“Bukanlah spesies yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu bertahan, melainkan mereka yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan”.
Kalimat hebat Charles Darwin adalah jawaban ampuh bagi pertanyaan bagaimana peran alumni jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia beradaptasi menghadapi revolusi industri 4.0. Ya, benar, harus mampu beradaptasi.
Berbeda dengan revolusi industri 3.0, tempat setiap orang dari belahan dunia lain mampu berkomunikasi dengan bantuan internet. Kini, pada era revolusi industri 4.0, selain disatukan dalam komunikasi dan teknologi, manusia juga harus mampu beradaptasi dan bersinergi dengan mesin yang mampu berkomunikasi dengan sesama mesin.
Revolusi industri 4.0 mengubah hidup dan cara kerja manusia karena ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Mau tidak mau, mahasiswa dan alumni jurusan Bahasa Indonesia juga harus berubah dan siap dengan setiap perubahan berikutnya.
Mau tidak mau, diperlukan sinergi yang efektif antara kampus, stakeholder, dan alumni FBS-UNY guna menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, kreatif, dan adaptif pada era industri 4.0.
Diperlukan kolaborasi pengetahuan lintas ilmu. Semua itu sejalan dengan arahan Nadiem Makarim yang menyatakan, merdeka belajar merupakan suatu filsafat, bahwa di dunia sekarang dan yang akan datang, keseragaman bukan hal yang dapat meningkatkan kualitas.
Jadi, kita mencoba sesuatu yang baru. Kita harus mencoba membuat organisasi-organisasi pendidikan Indonesia menjadi kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Mahasiswa atau alumni jurusan Bahasa Indonesia dapat berkolaborasi dengan bidang ilmu lain.
Sebagai contoh, mahasiswa dan alumni juga dapat membantu pemerintah dalam mengemban Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Sudah menjadi masalah umum, kemahiran berbahasa Indonesia mahasiswa berada pada level rendah.
Padahal, menurut peraturan Kemendikbud Nomor 70 Tahun 2016, kemahiran berbahasa Indonesia mahasiswa selayaknya berada pada level unggul- UKBI. Salah satu alasannya adalah malas membuka KBBI dan PUEBI. Ini peluang untuk berkarya demi Ibu Pertiwi.
Kelestarian bahasa Indonesia menjadi bagian dari tanggung jawab mahasiswa dan alumni jurusan Bahasa Indonesia. Saatnya teknologi berbahasa. Dengan bantuan, lagi-lagi kecerdasan buatan, mahasiswa atau alumni dapat berkolaborasi menyinergikan ilmu bahasa dengan ilmu teknologi dan informasi untuk menciptakan aplikasi yang mampu meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia.
Melalui webinar “Penguatan Alumni, Mitra, dan Pemangku Kepentingan,”, mahasiswa dan alumni diharapkan mampu memiliki jiwa kreatif untuk bekerja di berbagai bidang. Berpikir kreatif berarti mahasiswa dan alumni harus mampu memiliki daya cipta memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, unik, dan menarik.
Berpikir kreatif berarti tidak berpikir satu arah, tetapi multiarah. Berpikir kreatif berarti berpikir sesuatu yang orang lain tidak memikirkannya. Prinsip diferensiasi. Berpikir kreatif berarti jeli menangkap peluang untuk berdaya cipta sesuai kebutuhan.
Alumni jurusan Bahasa Indonesia FBS-UNY siap bersaing dengan ketat di dunia kerja pada era industri 4.0! (*)
Komentar