Citrust.id – Tradisi Grebeg menjadi salah satu tradisi turun temurun yang rutin diselenggarakan oleh Kesultanan Kanoman Cirebon sejak beberapa abad silam.
Prosesi ritual Grebeg Syawal yang disucikan itu dalam bentuk “pengakuan” terhadap silsilah para leluhur melalui selametan dan berisi doa kepada para raja Cirebon, khususnya raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina ST MHum mengatakan, tradisi Grebeg Syawal tahun ini dipimpin oleh Sultan Kanoman XII, Sultan Raja Muhammad Emirudin dan diwakili oleh Pengeran Patih Raja Muhammad Qodiran sebagai Patih Kesultanan Kanoman Cirebon.
“Esensi prosesi ritual ini merupakan ziarah kubur atau nyekar ke makam raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat dan disemayamkan di komplek Astana Gunung Sembung yang ada di komplek makam Sunan Gunung Jati,” ujarnya, Kamis (20/5) pagi.
Arimbi juga mengatakan, ritual Grebeg Syawal ini dimulai sejak pukul 06.30 WIB. Berangkat dari Pendopo Jinem Keraton Kanoman dan dilepas oleh keluarga Sultan.
Ritual selanjutnya, kata Arimbi, Sultan dan keluarga melewati tujuh pintu (lawang pitu) untuk menuju makam Sunan Gunung Jati Cirebon. Pintu pertama dimulai dari pintu Pasujudan, yakni pintu yang biasa para peziarah umum berdoa dan bertawasul.
“Kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang terakhir, yakni pintu Teratai, menuju dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga),” jelasnya.
Selama di Pesarean, lanjut Arimbi, Patih Qodiran bersama keluarga melakukan tahlil, dzikir serta berdoa di makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem, makam panembahan Ratu I dan makam para Sultan Cirebon.
Sementara itu, Patih Qodiran mengungkapkan, selain rasa syukur, pesan dari ritual ziarah ini adalah memanjatkan doa kepada Allah SWT agar selamat di dunia dan akhirat, serta diberikan kesehatan.
Qodiran juga mengakui, Grebeg Syawal tahun ini berbeda dari biasanya, karena masih di tengah pandemi Covid-19. Sehingga peserta yang ikut pun turut dibatasi.
“Karena masih pandemi Covid-19, sehingga kita batasi. Hal ini sebagai bentuk menghormati kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah terkait pencegahan penularan Covid-19,” katanya. (Aming)