Misbar

  • Bagikan
Misbar

Catatan DADANG KUSNANDAR

SAYA tidak tahu persis peresmian penggunaan pabrik soun/ bihun di Jalan Lawanggada Cirebon merangkap sebagai bioskop. Bioskop itu oleh masyarakat Cirebon dinamakan misbar (gerimis bubar). padahal nama sebenarnya adalah Sri Dara. Ia dinamakan misbar karena bangunannya tidak menggunakan plafon gedung dan tidak beratap.

Siang hari digunakan untuk produksi soun/ bihun sementara malam hari digunakan sebagai bioskop. Tempat duduk penonton berupa dudukan penjemuran yang terbuat dari semen beton kokoh memanjang. Ada ruas untuk jalan menaruh dan mengangkat soun/ bihun. Panjang tiap dudukan diperkirakan 3 (tiga) meter sebanyak 4 (empat) baris, sedangkan tingginya lebih kurang 60 cm. Kalau tak salah ingat ada sekira 30 deret penjemuran.

Dapat dibayangkan luasnya pabrik soun/ bihun di Jalan Lawanggada. Layar bioskop menggunakan dinding kokoh berwarna putih. Tarif masuk atau harga tiket Rp 15,00 (lima belas rupiah) pada malam biasa dan Rp 25,00 (dua puluh ljma rupiah) pada malam Sabtu dan Minggu. Sementara malam Kamis gratis bagi sanak keluarga tentara.

Tahun 1968 adalah kali pertama saya diajak nonton film cowboy di misbar Sri Dara. Tetangga saya yang sudah beranak pinak mengenalkan pada bioskop. Jalan kaki dari rumah yang tak berapa jauh usai Maghrib.

Mungkin karena Harga Tanda Masuk (HTM) paling murah dibanding bioskop Paradise atau bioskop Pelita atau bioskop Abadi Murni, atau lantaran lakon film yang ditayangkan, jumlah penonton membeludak. Mungkin pula karena masyarakat memang haus hiburan pelepas penat. Usai membeli tiket untuk masuk ke misbar mesti berdesakan dengan penonton lain. Saya yang belum bersekolah saat itu memeluk tubuh tetangga yang mengajak nonton.

Ternyata penonton super padat. Duduk di barisan paling depan dengan posisi kepala mendongak ke layar bioskop. Tanda film akan diputar adalah bunyi bel tiga kali dan lampu bohlam dipadamkan. Tentu saja ini fungsi ganda bagi para pekerja pabrik soun/ bihun di siang hari.
Di bagian belakang samping tempat pemutaran slide terdapat beberapa pedagang rokok, makanan dan minuman. Di tempat ini ada atap genteng.

BACA JUGA:  Umar dan Pakaian Lusuh

Meski dinamakan misbar tenyata tidak tepat benar. Pada kunjungan saya kesekian ke misbar Sri Dara, saat itu film berjudul Si Bongkok ~hujan turun deras tapi penonton tidak bergeming. Hanya sedikit penonton yang lari berteduh dekat warung-warung di belakang dan meneruskan tontonan dengan berdiri.

Terlebih pemeran Si Bongkok ialah Sophan Sofyan, aktor ganteng yang digilai perempuan.

Yang tak kalah menarik dari kesan menonton film di bioskop misbar Sri Dara penonton bebas berekspresi. Ketika tokoh utama memenangkan perkelahian penonton bertepuk tangan, bersuit bersahutan, dan ada kalanya yang menerbangkan sarung atau kopiah ke udara. Jangan ditanya lagi jumlah penonton yang asik berpacaran. Pun ada penonton yang menyalakan obat anti nyamuk bakar.

KENANGAN atas bioskop Misbar Sri Dara Cirebon ditulis sebagai pengingat hari ulang tahun tokoh perfilman nasional Usmar Ismail ke-97. Google menampilkan sebuah doodle klasik selama beberapa harI, berwarna hitam putih. Ada seorang pria berkaca mata yang berdiri di belakang kamera film lawas dan tiga perempuan sebagai latar belakangnya. Rupanya, pria di belakang kamera itu adalah penggambaran Usmar Ismail, seorang maestro film Indonesia. []

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *