Petani Desa Pilangsari dan Jatitengah Keluhkan Kualitas Bibit Padi Infari 32

Citrust.id – Sejumlah petani di Desa Pilangsari dan Jatitengah, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaen Majalengka mengeluhkan bibit padi varietas infari 32 yang mereka tanam sesuai intruksi kelompok tani, pertumbuhannya tidak sebaik varietas bibit padi lainnya.

Menurut keterangan sejumlah petani di Desa Pilangsari seperti disampaikan Hasan, Dastim dan Timan, bibit varietas infari yang ditanamnya tersebut tidak berkembang secara baik. Tanaman padi di usia satu bulan setengah yang pada umumnya sudah berkembang biak hingga 7 atau 10 batang dalam satu rumpun, kini hanya terdapat 4 hingga lima batang saja dalam satu rumpun.

Selain itu, kondisi daun padi pun ternyata tidak panjang dan hijau, yang biasanya usia satu bulan lebih sudah mencapai setinggia 30 sentimeter. Sedangkan bibit padi lain daunnya rimbun dan hijau. Padahal tanaman sudah dipupuk dan menjelang pemupukan kedua.

“Biasanya seminggu setelah dipupuk kondisi padi langsung mekar, hijau dan berkembang, sekarang seperti kerdil kalau istilah orang sunda kutet,” kata Timan, Kamis (04/01).

Areal lahan di desanya yang ditanami varietas infari 32 diantaranya di Blok rendeman, Rancabeureum, Asinan banteng dan sejumlah wilayah lainnya, karena bibit padi disediakan oleh aparat desa seharga Rp20.000 per lima kilo atau warga menyebut sagembes.

Hasan menyebutkan, bibit padi yang diperolehanya berasal dari Desa Jatitengah, Kecamatan Jatitujuh. Karena petani di sejumlah wilayah seperti areal sawah di Blok Cipaku, Blok Pertamina dan Blok Cibuaya hampir sebagian besar petani menggunakan bibit infasi 32.

“Awalnya katanya bibit padi varietas infasi ini bagus, pertumbuhannya lebih baik, rumpunnya lebih banyak sehingga panennya jauh lebih banyak, karena dianggap bibit unggul, sedangkan Ciherang yang biasa kami tanam sudah tidak direkomendasikan untuk ditanam dengan alasan rentan hama. Sayangnya infari yang sekarang ditanam justru sebaliknya,” kata Hasan.

BACA JUGA:  KTNA Indramayu Pesimis Bisa Capai Target Produksi Padi

Menurut mereka, varietas infari ini memang sempat menjadi percontohan dan direkomendasikan oleh Balai Pembibitan di Kementerian Pertanian, karena dianggap bibit baru dan unggul, namun anehnya bibit yang diterima petani justru sebaliknya.

“Sudah mah lambat tanam karena sebagian terendam banjir, sekarang bibit yang kami tanam justru seperti ini,” kata Hasan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan di Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Taham, saat dihubungi untuk dimintai konfirmasi perihal bibit padi tesrebut, tidak ada jawaban. Telpon selulernya tidak aktif. /abduh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *