Warga Desa Cupang Inisiatif Membuat Insinerator untuk Tangani Sampah

Cirebontrust.com – Ada dua benda dengan warna mencolok di pinggir jalan begitu kita melintas masuk ke Desa Cupang, Kecamatan Gempol. Dua benda berwarna hijau dan biru ini memang bukan benda biasa, siapapun yang melihatnya akan bertanya benda apa itu sesungguhnya.
Ternyata dua benda ini merupakan hasil karya asli warga Desa Cupang, manfaatnya juga tidak terkira.

Benda ini, yaitu insinerator atau alat pembakar sampah mampu membakar sampah hingga beberapa meter kubik. Jika beberapa waktu lalu hampir semua desa di Kabupaten Cirebon sempat merasakan darurat sampah karena TPA Gunung Santri ditutup, kondisi tersebut tidak terjadi di Desa Cupang ini.

Sebab, warga tinggal datang membawa sampah yang akan dimusnahkan, kemudian tinggal tunggu giliran untuk dibakar.

Niscaya sampah langsung menjadi abu setelah dibakar di insinerator tersebut. Jika semua desa memiliki alat serupa, sebetulnya tempat pembuangan sampah akhir tidak diperlukan lagi.

Persoalan utama sampah di Kabupaten Cirebon yang terjadi beberapa waktu lalu karena minimnya TPA yang membuat sampah tidak memiliki tempat pembuangan akhir.

Warga Desa Cupang sudah mengenal insinerator sejak tiga tahun yang lalu. Saat membuat insinerator pertama kali, si penggagas insinerator Trisno Danureja mengaku harus merogoh kocek pribadi dulu.

Namun, manfaat yang dirasakan saat insinerator akhirnya berhasil dibuat sangat besar, yaitu warga Desa Cupang tidak lagi mengenal istilah sampah yang menumpuk.

“Kami warga Desa Cupang tidak pernah membawa sampah ke TPA sejak tiga tahun yang lalu, apalagi selama setahun terakhir ini darurat sampah terjadi di Kabupaten Cirebon namun kami tidak pernah merasakannya. Warga hanya tinggal membawa sampah domestik mereka ke lokasi insinerator, kemudian akan kami bakar, ada petugas khusus yang menanganinya,” kata Trisno, Selasa (21/03).

BACA JUGA:  KPP Pratama Cirebon: Pengaruh Tax Amnesty Minimal Suku Bunga di Akhir Tahun Turun

Saat merogoh kocek pribadi, saat itu dibutuhkan setidaknya Rp 65 juta. Sebab, Trisno membuat dua macam alat, yaitu alat pembakar sampah khusus sampah domestik yang mengeluarkan asap, serta satu alat insinerator tanpa asap yang mampu menampung banyak sampah untuk dibakar.

“Desa lainpun sebetulnya bisa menggunakan alat ini, Pemerintah Kabupaten Cirebon bisa membuat gerakan agar desa lain turut menggunakannya. Kalau digunakan oleh seluruh desa, saya yakin keberadaan TPA tidak dibutuhkan lagi. Kalaupun akan ada TPA, sifatnya tidak akan menampung sampah terlalu banyak, karena banyak sampah yang dimusnahkan melalui alat ini,” katanya.

Jika desa di Kabupaten Cirebon baru sebatas Desa Cupang yang menggunakan insinerator tersebut, lain halnya dengan beberapa daerah di luar Cirebon. Diketahui, wilayah lain seperti Bandung sudah menggandeng Trisno agar dibuatkan insinerator serupa.

“Mereka tertarik karena memang sampah akhirnya tidak dibuang di TPA, melainkan sudah dimusnahkan di tingkatan desa. Sudah ada beberapa daerah yang menyatakan tertarik, dan saat ini kami sedang membuat insinerator tersebut, di antaranya wilayah di Bandung,” ujarnya. (Iskandar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *