Cirebontrust.com – Banjir bandang yang melanda Desa Ambit dan Desa Mekarsari, Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, hingga kini ada korban bencana belum mendapatkan bantuan dari dinas terkait.
Seperti dikatakan Kuwu Desa Ambit Kecamatan Waled, Noerwandi. Dirinya mengaku sangat menyayangkan pemberian bantuan pada korban banjir yang terkesan lamban. Sehingga, banyak masyarakat yang menanyakan ke pihak desa.
“Biasanya hanya melalui laporan lisan (telepon) saja bantuan langsung tiba, entah kenapa banjir yang terjadi sekarang ini, sangat lama pemberiannya,” kata Noerwandi disela acara pisah sambut di Aula Kecamatan Waled, Rabu (11/01).
Noerwandi menjelaskan, jika dinas menunggu laporan secara tertulis dan mendetail para korban bencana akan memakan waktu lama.
Karena harus merekap data yang terkena bencana dan jarak ke pusat pemerintahan (Sumber, red) sangat jauh. Sehingga, perlu adanya istilah jemput bola. Artinya, saat dinas mengirim bantuan laporan diberikan.
“Seharusnya dengan adanya pemberitaan di media, dinas langsung tanggap dan mendatangi lokasi. Selain itu, laporan lisan ketika bencana merupakan langkah awal kami dalam bentuk koordinasi. Tak hanya di desa ini saja yang belum mendapatkan bantuan, desa lain juga mengalami hal serupa,” jelasnya.
Ketika ditanya apakah dinas sosial lamban dalam menangani korban banjir, Noerwandi menjawab ya, memang lamban.
“Mungkin bagi dinas sosial dianggap biasa saja banjir yang terjadi di desa ini, sehingga terkesan menyepelekan. Memang, laporan tertulis diperlukan untuk pertanggung jawaban. Tapi untuk hal yang mendadak seperti bencana, bisa saja menyusul pembuatan laporannya. Selain itu, dengan perpindahan pegawai di Dinas Sosial, tentunya mempersulit komunikasi,” paparnya.
Kuwu Desa Mekarsari, Uman Jayus Nudin mengungkapkan, sekitar 400 rumah yang terkena banjir dan kini, masyarakat belum mendapatkan bantuan.
“Saya juga tidak mengerti kenapa bantuan belum juga datang sekarang ini. Padahal banjir kali ini merupakan yang teparah dari tahun sebelumnya, sehingga perlu adanya tanggap bencana, agar bantuan langsung tersalurkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Mantan Camat Waled, H Abdulatif mengatakan, banjir yang terjadi belum lama ini tergolong paling parah. Sehingga perlu adanya penanganan serius dari pihak terkait seperti BBWSCC, PSDAP provinsi, PSDAP kabupaten, guna normalisasi Sungai Ciberes dan Bendung Surakatiga.
“Sejak 2016 lalu, kami sudah audiens dengan dinas terkait dan kesemuanya bersedia mengatasi penyebab banjir yakni normalisasi Sungai Ciberes dan Bendungan Surakatiga. Rencananya tahun ini akan dilakukan normalisasi,” katanya usai acara sertijab di aula kecamatan setempat.
Dirinya mengharapkan, tidak hanya normalisasi sungai saja yang dilakukan tapi perlu adanya pembangunan tanggul penahan banjir (TPB) dan senderan.
“Selama ini yang terjadi, normalisasi sungai hanya mengeruk dan disimpan di pinggir sungai tersebut dan lambat laun akan turun lagi ke sungai, kemudian dangkal lagi. Maka, dengan adanya senderan dapat meminimalisir tanah bekas kerukan yang turun ke sungai. Selain itu, saluran sekunder yang ada di tiap sungai harus dinormalisasi,” tutupnya. (Riky Sonia)