35 Tahun Smansa 82

Oleh DADANG KUSNANDAR*

REUNI atau apa pun istilah sejenisnya merupakan ajang cukup menarik untuk berbagi keberbagaian. Berbagi cerita misalnya. Lama tak jumpa secara fisik –meski bersua di media sosial– menumbuhkan kerinduan. Terlebih sekitar dua-tiga tahun semasa sekolah pada usia belasan telah berinteraksi cukup intens.

Secara umum reuni dapat dikatakan sebagai ajang silaturahim, pertemuan kembali pertemanan dan persaudaraan yang diikat melalui lembaga pendidikan/ sekolah. Pertemuan kembali puluhan atau ratusan alumni pada sebuah reuni tak pelak mempererat pertemanan dan persaudaraan itu.

Guna mengikat pertemanan dan persaudaraan sesama alumni Smansa 82 Cirebon, reuni ke-35 pada Sabtu 5 Agustus 2017 di sebuah hotel Kabupaten Kuningan; menyisipkan mata kegiatan bertema kepedulian. Kepedulian secara langsung kepada sesama alumni yang kurang beruntung secara finansial. Bantuan bagi sejumlah guru yang dulu mengajar/ mendidik. Berbagi kepada anak-anak yatim piatu di panti asuhan, pun kepada lansia di panti jompo. Maka subtitle reuni itu dinamai Delapandua Peduli.

Berbagi keberbagaian juga dimaknakan sebagai penguat ikatan perkawanan dan persaudaraan. “Mendi bae lud?”, ujar seseorang kepada sesama alumni. “Yas sekiyen ning Batam Kepulauan Riau,” jawabnya. Percakapan pun meluncur kian cair usai menggunakan bahsa gaul. Bahasa lokal Cirebon yang sempat populer pada tahun 1970-an hingga lebih 10 tahun kemudian.

Ragam perbincangan memenuhi reuni. Satu dengan lain kembali bertutur tentang tingkah laku ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu muda, mengenakan badge burung hantu warna dasar kuning dan emblem bertulis OSIS. Tingkah lucu, konyol, mungkin pula tingkah yang menyakitkan, kembali tergambar di retina mata. Yang menarik, tentu saja tingkah cinta monyet anak usia belasan.

Bagi alumni penggila olah raga basket, reuni awal Agustus 2017 itu mengingatkan lagi fragmen pebasket Smansa 82 di lapangan. Entah ketika bertanding antarkelas maupun antarsekolah. Atau saat berlatih pada jam pelajaran olah raga.

BACA JUGA:  Politik 2018-2019 : Sebuah Jalan Menuju Kekuasaan (7)

Bagi alumni yang masuk dalam salah satu komunitas kecil (genk), reuni berpotensi menguak kisah lama. Konon genk Smansa 82 yang disebut pada Reuni 35 Tahun hanya dua, bernama Seyeg dan Dengal. Padahal ada nama genk lain yang tidak secara terang-terangan menampakkann sosoknya, Left Ext namanya.

Berbagai cerita seperti tak berujung pada reuni singkat itu. Dari soal jajan dengan gaya “darmaji”, dahar lima ngaku siji di warung gorengan dan lontong milik Bi Kemar di sudut aula. Bakso Mang Satim di dekat toilet siswa. Juga cerita tentang les pelajaran Fisika oleh Pak Kodim Sarmadi, les Kimia oleh Pak Mudjib, cerita tentang Pak Pudjo Astowo guru Bahasa Inggris yang mantan petinju. Dan banyak lagi keberbagaian yang hadir pada reuni Smansa 82.

Yang tak kalah penting, Smansa 82 mempunyai wadah bernama Pra Koperasi, ZIS (Zakat Infaq Shodaqoh), Pendidikan, dan terakhir Yayasan 82. Empat wadah tersebut mempunyai peran masing-masing berbekal semangat fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan). Empat wadah itu tengah direka ulang agar lebih efektif dan memenuhi standar peraturan.

35 tahun yang lalu manakala Kota Cirebon belum sepadat sekarang, manakala Stadion Merdeka Gunungsari masih semarak, manakala lapangan basket, kolam renang, terminal bus Gunungsari masih berfungsi — pasti banyak menyimpan kisah bagi seluruh alumni Smansa 82. Dan keberbagaian kisah itu jadi menarik/ menggelikan ketika dituturkan kembali pada sebuah reuni.

Reuni di atas terlaksana dengan baik atas kerja keras seluruh panitia, para donatur dari kalangan alumni, dan seluruh pemangku hajat. Semoga reuni berikut bisa terlaksana lebih baik lagi. Amin ya rabbal ‘alamin. []

*Penulis adalah alumni Smansa 82 Cirebon.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *