CIREBON (CT) – Tinggal digubug rongsokan mungkin sudah lumrah untuk dijalani bagi Adi Andreas (32), memegang perut sambil menahan lapar juga mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi pria beranak tujuh ini, namun hal yang paling tidak bisa membuat dirinya kuat adalah melihat anaknya sakit, bagi seorang ayah, melihat anak sakit adalah kehancuran bagi dirinya sendiri.
Tanpa banyak berpikir, istri dari Yunika ini langsung mengobral ginjalnya kepada siapapun yang membutuhkan. Dirinya makin tak kuasa menahan beban berat dalam keluarganya setelah ia terjerat hutang hingga Rp. 85 Juta. Menurutnya, menjual ginjal adalah satu-satunya jalan, karena bekerja sebagai pemulung tidak akan bisa memenuhi tuntutan sebesar itu.
Dengan penghasilan yang hanya Rp. 30 ribu rupiah setiap harinya, Adi mulai putus asa menjalani hidup ini, ia hanya berharap ada yang berani membayar ginjalnya setinggi mungkin, untuk berobat anaknya, membayar hutang, dan mencerahkan ketujuh anaknya dengan pendidikan.
“Hutang Rp. 85 juta itu dulu saya gunakan untuk membangun bisnis rongsokan, kini, saya bangkrut dan berniat menjual ginjal saya sebagai penutup semua ini,” tutur Adi miris.
Niatnya menjual ginjal itu justru didukung oleh istrinya, Yunika. Bukan bermaksud kejam mendukung aksi nekat suaminya, ia pun sudah kehabisan akal, bagaimana menghilangkan beban ekonomi seberat itu. Yang ada dipikirannya hanya pasrah.
Yunika percaya, dengan menjual ginjal suaminya, kebutuhan ekonomi keluarga akan segera membaik, tak ada lagi tangis lapar dari anak-anaknya, ataupun beban pikiran akibat hutang yang menumpuk, dan anak yang sakit kronis.
Walaupun pasrah, Yunika masih berharap ada jalan lain untuk menutup semua masalah ekonominya, baginya keselamatan dan kesehatan suaminya juga penting.
“Saya akan melarang keras ia menjual ginjal, jika ada orang yang mau memberikan pekerjaan layak untuknya, untuk sekarang saya hanya bisa pasrah,” ujar Yunika.
Dalam gubug tua miliknya di pinggir Jalan Pantura Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Adi hanya bisa menunggu siapapun yang akan membeli ginjalnya. Sekali lagi, Adi dan Yunika hanya bisa pasrah. (CT-104/105)