Tahu Sindangkerta tak Kalah Enak dari Produksi Daerah Lain

  • Bagikan

Majalengkatrust.com – Satu produksi andalan Kabupaten Majalengka, Tahu Sindangkerta dianggap tidak begitu banyak dikenal oleh konsumen di Majalengkanya sekalipun, karena kurangnya promosi serta produksi yang tidak begitu banyak. Orang lebih mengenal tahu sumedang, tahu Talaga atau tahu Cibuntu serta tahu susu asal Bandung.

Padahal tahu Dindangkerta, yang diproduksi warga Desa Sindangkerta, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka tidak kalah enak dan gurihnya dengan tahu yang diproduksi di daerah lain.

Rasanya yang khas, bentuknya lebih kecil dan dibentuk dengan cara dibungkus kain serta tahunya padat namun tetap empuk karena tanpa bahan pengawet.

Menurut keterangan salah seorang produsen tahu Sindangkerta Mamat Salemet (52) serta istrinya Icih (50) mudah basinya tahu mereka karena bahan dasarnya hanya tepung kedelai, garam serta kunir.

Meski hanya dibubuhi garam rasanya sangat gurih, hal itu kemungkinan karena air serta penggunaan minyak goreng yang tidak pernah memakai minyak bekas atau lebih dikenal jalantah. Minyak goreng untuk menggoreng tahu asal Sinangkerja ini sekali pakai.

“Minyaknya sekali pakai karena minyak langsung habis,” kata Mamat.

Cara menggorengnyapun tidak seperti pedagang tahu pada umumnya dengan api yang besar minyak yang penuh hingga satu wajan dengan kondisi minyak yang hitam, namun dengan api yang sedang, dan minyak yang selalu jernih. Itulah mungkin diantaranya kenapa tahu sinangkerta ini rasanya lebih gurih dibanding tahu lain.

“Kuningnya dengan tumbukan kunir setelah itu diairi dan dibanjurkan ke atas tahu yang sudah di bentuk diatas wadah,” kata Mimin.

Menurut Mamat, di Sindangkerta hanya ada tiga produsen tahu kesemuanya adalah keluarga kaka beradik. Ketiga orang tersebut adalah Mamat Slamet dan kedua adiknya Hasan serta Amin.

BACA JUGA:  Wabah Difteri Dicurigai Menjalar ke Mundu setelah di Kecamatan Astanajapura

“Menurut ceritera orang tua kami dulu, orang pertama yang membuat tahu disini adalah kake kami Karma, setelah meninggal kerajinan tahu diteruskan oleh orang tua kami, dan sekarang kami bertiga,” ungkap Mamat. (Abduh)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *