Citrust.id – Penderita TBC tidak hanya merasakan sakit secara jasmani. Sosialisasi dan aktivitas sehari-hari juga menjadi terbatas karena harus menghindari kontak erat dengan orang lain agar tidak menular.
Seperti dialami penderita TBC RO berinjisial J (16), siswi kelas 2 SMKN 1 Leuwimunding, Kabupaten Majalengka. Ia terpaksa terisolasi dari kehidupan normal sehari-hari dan tidak bisa sekolah tatap muka seperti teman-temannya.
Saat ditemui di kediamannya di kawasan Kecamatan Leuwimunding oleh citrust.id bersama Yayasan Penabulu, terungkap, J setahun belum berobat karena tidak ada dukungan dari keluarga.
Padahal pegiat Yayasan Penabulu, pasien suporter, puskesmas setempat, Kader TBC sudah menyarankan untuk berobat TBC ke RSD Gunung Jati Cirebon.
“Orang tuanya selalu banyak alasan, BPJS Kesehatan belum siap dan lain sebagainya,” kata Nandan Miftahul Mubarok, Ketua Yayasan Penabulu Majalengka, Jumat (20/10/2022).
Pihaknya khawatir, siswi J sebagai penderita TBC RO keburu meninggal dunia. Pada akhirnya dibuatlah activ case finding berupa sosialisasi di rumah J. Akhirnya orang tuanya mengerti dan mau berobat.
“Sekarang sudah lancar berobat kurang lebih selama lima bulan,” ungkap Nandan.
Dampak lainnya terhadap J, sejak sakit TBC dan berobat rutin terpaksa tidak sekolah. Beruntung, pihak sekolah memberikan dispensasi agar J sekolah secara virtual.
Nandan mengungkapkan, dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka sangat baik. Agar terjadi kesadaran berobat dan tidak mengalami nasib seperti J, dalam beberapa bulan terakhir Yayasan Penabulu melakukan sosialisasi di SMA/SMK atau active case finding. Isi kegiatannya berupa edukasi, sosialisasi, dan test dahak massal dalam rangka deteksi dini.
Pekerja Sosial Ahli Muda di Dinas Sosial Kabupaten Majalengka, Apip Supriyanto mengatakan, warga Majalengka penderita penyakit menular bisa mengusulkan untuk mendapatkan BPJS atau JKN yang dibiayai negara atau APBD.
“Syaratnya cukup mudah. Cukup fotocopy KTP, KK, dan surat rekomendasi dari kelurahan atau desa tempat domisili yang bersangkutan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Agus Susanto, melalui Sub Koordinator P2PM, Dede Pranoto, didampingi Wasor TBC Nunung Nurhayati mengatakan, pihaknya melakukan kemitraan program TBC dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat. Hal itu membantu menemukan dan mengawasi pengobatan pasien TBC sehingga tuntas dalam pengobatan.
Menurutnya, peran serta masyarakat bisa berupa memberikan penyuluhan ke masyarakat setempat, memberikan motivasi ke pasien dan keluarga untuk melakukan follow up dahak dan pengobatan sampai sembuh.
Selain itu, membantu menemukan terduga dan kasus TBC, melaksanakan pemantauan setempat, melaporkan kepada petugas apabila ditemukan orang yang diduga TBC. Selanjutnya bersedia dilakukan pemeriksaan dan dirujuk serta diobati sesuai standar operasional yang berlaku.
“Pemerintah daerah yang bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya pengendalian TBC secara komprehensif,” tandasnya. (Abduh)