Citrust.id – Kader Tuberkulosis (TBC) di Majalengka berperan penting dalam penanganan kasus TBC. Selain petugas Dinas Kesehatan, penanganan kasus TBC di Majalengka juga melibatkan lembaga swadaya masyarakat, yaitu kader-kader TB dari Yayasan Penabulu.
Staf program TB Penabulu Majalengka, Nandan Miftahul Mubarok menyampaikan, aktivitas mereka sudah berlangsung kurang lebih dua tahun, meneruskan program Aisiah dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU).
Aktivitas kader TB Penabulu antara lain kunjungan kader ke rumah pasien, sosialisasi, dan Active Cash Finding (ACF), yaitu strategi untuk penemuan kasus-kasus baru.
“Yang paling penting adalah edukasi oleh kader TB,” ungkap Nandan, kepada citrust.id, Sabtu (4/6/2022).
Nandan mengungkapkan, Kader TBC binaannya ada di setiap puskesmas Majalengka. Jumlah rata-rata dua, tetapi ada juga yang lebih dari dua orang.
“Kader-kader TB di Yayasan Penabulu ada rewardnya, tergantung aktif atau tidaknya. Semakin banyak investigasi kontak ke lapangan, bertambah lagi rewardnya,” imbuhnya.
Nandan mengungkapkan, Yayasan Penabulu sudah dua tahun berkativitas di Kabupaten Majalengka atau sejak tahun 2021. Pihaknya banyak hal menarik. Antara lain penderita TBC umumnya berobat enam bulan, ada yang lima bulan kemudian putus akan masuk TB RO fase lanjutan, sehingga dampak ke masyarakat lebih besar.
“Sebelum putus berobat, pasien TBC paling banyak minum obat lima tablet sehari. Kalau sudah RO atau fase lanjutan bisa 15 tablet,” ungkapnya.
Hal menarik lainnya, pasien TBC RO kelihatan dari fisik kurus kering, tidak ada yang mau mengurusi. Bahkan, pihak keluarga meninggalan mereka karena sudah tidak bisa bekerja dan beraktivitas lagi.
“Di Majalengka, banyak pasien TB RO yang ditinggalkan oleh keluarga, cerai sama suami bahkan oleh istri karena sudah tidak bisa kerja. Di situlah peran kader TB dengan mensuport pasien agar terus berobat,” paparnya.
Kader TB membawa pasien TB RO yang ditinggalkan oleh keluarganya ke Puskesmas secara rutin. Jumlahnya sekitar 10 pasien.
“Hal lain yang jadi kendala, ketika kader melakukan investigasi kontak, kadanb ada penolakan dari keluarganya, terutama saat masa pandemi Covid-19 tahun kemarin. Kalau tahun 2022 sudah landai, jadi tidak ada ke lapangan,” ungkapnya.
Namun, berbagai kendala tersebut, lanjut Nandan, tidak menyurutkan semangat para kader TB untuk selalu mendampingi pasien TBC.
“Para kader setiap Minggu selalu mengontrol pasien untuk memastikan minum obat atau tidak. Bisa dengan kunjungan atau video call stok obatnya. Selain itu, selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setiap active cash finding,” tandasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Harizal Harahap mengatakan, pihaknya sangat mendukung aktivitas para kader TB bersinergi dengan para petugas di Dinas Kesehatan.
“Nanti kalau ke lapangan, kami juga akan ajak media biar bisa meliput dan melihat langsung aktivitas para kader TB,” tuturnya. (Abduh)