Ilustrasi
CIREBON (CT) – Pagi tadi sekitar pukul 06.30 WIB, Gerhana Matahari Total telah terjadi. Namun hanya tampak sebagian menutupi langit Kota Cirebon sehingga mendadak gelap seperti awan mendung. Masyarakat pun berduyun-duyun melaksanakan ibadah salat sunnah gerhana ke musala atau masjid terdekat. Fenomena alam semacam ini pernah terjadi 33 tahun silam ketika masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tetapi, masyarakat justru tidak menyambut dengan suka cita seperti yang terjadi pada 9 Maret 2016 kali ini.
Penyebab dari parnonya masyarakat melihat GMT 1983 karena adanya instruksi tidak memandang matahari langsung dari pemerintah melalui Menteri Penerangan Indonesia, Harmoko, mengistruksikan secara agresif sehingga orang tidak berani memandang langsung ke gerhana matahari karena menyebabkan kebutaan. Pemberitahuan itu heboh, dan langsung membuat masyarakat tidak nyaman. Selain itu, peringatan akan bahaya ini datang langsung dari Soeharto, yang pada tahun 80-an pengaruh begitu kuat. Bisa dibilang, tidak ada yang meragukan akan bahaya ini, semua orang sudah siap untuk bersembunyi dalam kejadian itu.
Tidak hanya instruksi langsung dari Harmoko, pemerintah juga semakin membuat orang takut untuk gerhana jumlah selebaran disebarkan dan spanduk. Isinya nyaris sama, larangan bagi melihat langsung GMT. Bahkan selebarannya sendiri disebarkan lewat pesawat terbang agar bisa mencapai daerah yang lebih besar. Stasiun TV nasional pun tak luput juga membuat seruan. TVRI juga menyarankan agar masyarakat melihat gerhana dari televisi atau mungkin mendengarkan disiarkan langsung lewat RRI.
Saking orang begitu takut akan masih penasaran, pemerintah juga bertindak pemusnahan kacamata gerhana dibuat oleh rumah bisnis di Bandung. Angka itu sendiri bukan tanggung-tanggung, 18 ribu lebih.
Aksi ini juga diimbangi kehancuran buku berkaitan gerhana. Sebagai contoh, karya diterbitkan oleh PT Promosi Nusantara.