Indramayutrust.com – Sejumlah 27 peserta yang merupakan Remaja GKP Tamiyang, SMK NU multimedia, dan Khuddam-Lajnah Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Indramayu, ikuti Sekolah cinta perdamaian (Setaman) di Gereja Tamiyang, Rehoboth, Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu, Sabtu (22/04).
Acara yang di gelar selama 3 hari tersebut di isi dengan berbagai kegiatan, diantaranya pemberian materi tentang internet positif, menulis perdamaian, serta mengenai manajemen konflik.
Sebelumnya, program sekolah cinta perdamaian atau Setaman tersebut juga digelar di Pesantren Darul Muslim Tambi, Pesantren Pasekan dan Pesantren Candang Pinggan Indramayu, yang merupakan salah satu program untuk mengembangkan isu perdamaian di wilayah III Cirebon, oleh Fahmina Institute bekerja sama dengan Pelita Perdamaian.
Pendeta jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Tamiyang, Johannes Simanjuntak mengungkapkan, dengan saling mengenal, kita menghilangkan segala kecurgiaan dan prasangka.
Arya Darma, ketua majelis jemaat GKP Tamiyang dalam sambutannya mengatakan, kegiatan tersebut sangat positif bagi pengenalan antar anak-bRRisma yang memiliki latar belakang agama dan kepercayan yang berbeda.
Risma Dwi Fani, yang merupakan fasilitator dalam materi tersebut menyampaikan sejarah awal berdiri negara Indonesia, yang berasaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
“Secara filosofi, sejarah Indonesia adalah sejarah keragaman multientis, budaya dan agama, sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.
Sementara, Jihan Fairuz menuturkan, perbedaan bukanlah sebuah hambatan untuk berteman, apalagi menjadi sekat pemisah dan ketakutan.
“Ia adalah anugerah, juga rahmat dari Tuhan yang maha esa. Mengenal diri sendiri, potensi identitas, serta keragaman yang tumbuh pada setiap individu, manusia adalah jalan terbaik agar setiap perbedaan dimaknai sebagai upaya merajut keharmonisan.
Secara alamiah, lanjut Jihan, manusia adalah makhluk yang unik, berbeda-beda satu sama lain, memiliki identitas yang bisa berubah juga tergantung dimana kita berada.
“Kita harus bisa berinteraksi, negosiasi. Penting dipahami agar kita bisa mencegah masalah dalam kehidupan sosial yaitu identitas yang kadang dipolitisasi oleh orang-orang yang punya kepentingan,” pungkasnya. (Didi)
Komentar