-dok istimewa
LOGO Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.*
Oleh: Nurdin M Noer*
INI terjadi pada Oktober 1932 dalam Kongres Al-Islam di Cirebon. Muhammadiyah bersama Al Irsyad-sebuah perkumpulan Arab yang maju berhadapan dengan kelompok Nahdlatul Ulama dari Surabaya dan Kudus. Dikatakan, bahwa Muhammadiyah hendak menyerang aliran Islam yang telah ada, hendak membangun mazhab baru dan hendak mengadakan tafsir Al-Quran yang baru. Namun hal itu dijawab dengan keterangan, bahwa Muhammadiyah bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbelakang, akibat orang lebih mengutamakan kitab-kitab tafsir karangan para ulama daripada Al-Quran dan hadis sendiri (Ensiklopedi Umum, Kanisius 1986, hal. 720).
Sementara Al-Irsyad –dalam ensiklopedi tersebut-merupakan golongan peranakan Arab di Indonesia yang sezaman dengan Syarekat Islam dan Muhammadiyah, kedua perhimpunan ini beraliran maju. Bertujuan menyebarkan pendapat baru tentang ijtihad dan taklid. Lebih lanjut menghilangkan adat tata cara yang dianggap bidah, misalnya menyanjung-nyanjung makam, mengubur jenazah dengan membacakan talkin dan lainnya.
Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) masih dalam kajian ensiklopedi tersebut, lahir di Surabaya Desember 1926. Tujuannya menegakkan syariat Islam menurut salah satu dari empat mazhab Syafei, Maliki, Hanafi dan Hambali serta mengusahakan hukum Islam dalam masyarakat. Juga untuk imbangan Dalam masa pertamanya NU mengutamakan tablig-tablig dan pengajian-pengajian. Tidak menyetujui ikut sertanya S.I. (Syarekat Islam) dalam Kongres Dunia Kaum Islam; dikhawatirkan masuknya pengaruh Wahabi di Indonesia. Reformisnya golongan modern dan perubahan-perubahan Wahabi di Hedjaz mendapat tantangan dalam kongresnya di Surabaya (Oktober 1928).
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan .
Beliau adalah pegawai kesultanan Keraton Yogyakarta sebagai seorang khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Quran dan Hadis. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada di seluruh pelosok tanah air.[]
*Penulis adalah pemerhati kebudayaan lokal.