Citrust.id – Pimpinan Cabang PT Equityworld Futures (EWF) Cirebon, Ernest Firman, mengungkapkan, tahun depan, komoditi emas di pasar berjangka bakal lebih bersinar. Hal itu dipengaruhi sejumlah faktor fundamental yang mendorong pergerakan instrumen investasi tersebut pada tahun 2023.
Ernest Firman mengatakan, komoditi emas tetap jadi primadona di pasar berjangka. Sebesar 80-90 persen transaksi di pasar berjangka adalah emas.
Ia menuturkan, pergerakan harga emas di pasar berjangka selama tahun 2022 mengalami banyak dinamika.
Pada awal tahun 2022 ada momen Imlek. Investor banyak memanfaatkan momen tersebut dengan terjun di market emas.
“Emas naik 100 poin pada momen Imlek tahun ini. Dari sebelumnya $1.780/toz hingga $1.880/toz,” terang Ernest Firman, Jumat (16/12/2022).
Selanjutnya pada Februari-Maret 2022 meletus perang Rusia-Ukraina. Peristiwa itu mengerek harga emas dari level standar sekitar $1.800/toz, naik menjadi $2.070/toz atau naik lebih dari 200 poin.
Setelah itu, terjadi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang agresif. Kenaikan suku bunga The Fed tersebut membuat nilai tukar dolar melambung tinggi.
“Imbasnya, harga emas di perdagangan berjangka mengalami penurunan yang cukup signifikan, yakni menjadi $1.600/toz,” ucapnya.
Setelah melewati banyak momen dari awal tahun, sekarang valuasi emas berjangka menghadapi momen piala dunia.
“Semua pasti kena impact piala dunia. Banyak investor yang menarik dananya dari bisnis finansial market satu, ke bisnis finansial market lain. Menjelang babak final, emas berjangka bakal lesu dan stagnan,” terangnya.
Pimpinan Cabang EWF Cirebon, Ernest Firman, optimistis, tahun depan komoditi emas tetap jadi incaran investor. Ia menilai, setidaknya ada tiga variabel yang mempengaruhi hal tersebut.
Pertama, momen Imlek. Kedua, isu resesi global. Sedangkan variabel ketiga adalah kenaikan suku bunga The Fed yang masih akan terjadi.
Setiap tahun, Imlek menjadi momen yang ditunggu-tunggu pelaku pasar. Jelang Imlek, pelaku pasar berharap harga emas turun serendah mungkin. Mereka akan melakukan aksi beli di harga bawah lalu melepasnya pada momen Imlek untuk meraup cuan.
Ernest menilai, isu resesi global yang akan terjadi tahun depan bukan momok atau ancaman berarti bagi perdagangan emas berjangka. Momen tersebut justru menjadi peluang untuk menaikkan pamor komoditi tersebut.
“Di tengah isu resesi, banyak orang yang memindahkan dananya ke aset yang paling aman atau safe heaven, yakni emas. Emas batangan maupun emas berjangka akan jadi pilihan untuk melindungi nilai uang,” jelasnya.
Ernest juga menilai, tahun depan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga. Negara adidaya itu belum aman. Bank sentral mereka harus lebih agresif menaikkan suku bunga hingga delapan persen.
Tahun ini, pergerakan harga emas berjangka di kisaran $1.600/toz hingga $2.000/toz. Ia memprediksi, tahun depan emas bergerak di angka $1.700/toz sampai $2.000/toz.
“Saya optimistis, tahun depan komoditi emas emas di perdagangan berjangka akan sangat bersinar,” pungkas Ernest. (Haris)
Komentar