Ilustrasi
CIREBON (CT) – Indonesia menjadi tuan rumah KTT LB OKI ke-5 tentang Palestina dan Al Quds yang dihadiri 47 negara dari 56 negara anggota OKI, dua negara peninjau dan lima perwakilan negara anggota Dewan Keamanan Tetap PBB, serta utusan khusus PBB dalam Kuartet Negosiasi Palestina-Israel. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) ke-5 di Jakarta, pada 6-7 Maret, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan Palestina membutuhkan perlindungan internasional untuk mengakhiri penindasan lebih dari tujuh dasawarsa oleh Israel.
Al Quds (Yerusalem) yang merupakan tempat suci Islam, Yahudi, dan Kristen, menjadi wilayah paling terdampak kekejaman tentara Israel yang menghancurkan rumah rakyat Palestina. Israel juga terus menjajah ekonomi Palestina dengan memberlakukan pajak berlebihan dan menghambat kesempatan investasi. Tantangan menjadi semakin sulit bagi Palestina, karena setiap perundingan damai yang disepakati dengan Israel selalu gagal. Presiden Abbas mengharapkan KTT-LB OKI menghasilkan langkah nyata dalam melindungi Al Quds dan memberikan hak warga Palestina untuk hidup merdeka dan mandiri seperti bangsa-bangsa lain di dunia.
Indonesia dan Palestina memang memiliki sejarah panjang dalam hubungan diplomatik. Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Palestina dan Mesir lah yang pertama kali mendukung dan mengakui Indonesia. Demikian pula Indonesia yang konsisten mendukung Palestina sejak zaman Presiden Soekarno. Misalnya, dengan memberi izin pendirian kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Jakarta.
Begitu pun Rusia, yang diwakili oleh Dubes Galuzin mewakili sebagai negara peninjau OKI, anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan anggota kelompok Kuartet Negosiasi Palestina-Israel, mengatakan bahwa negaranya mendukung kemerdekaan dan perdamaian di Palestina melalui solusi dua negara atau “two state solution”. (Net/CT)