Dimas Batik Andalkan Lilin dan Tradisi di Tengah Arus Modernisasi

  • Bagikan
Dimas Batik Andalkan Lilin dan Tradisi di Tengah Arus Modernisasi
Dimas Batik andalkan lilin dan tradisi di tengah arus modernisasi. (Foto: Ist.)

Citrust.id – Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik cetak dalam industri batik, Dimas Batik tetap teguh mempertahankan teknik batik tulis tradisional.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berada di bawah binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat itu didirikan oleh Aisha Nadia sejak 1987 di Indihiang, Tasikmalaya.

Dimas Batik kini menjadi satu-satunya pengrajin batik tulis di Tasikmalaya yang masih menggunakan malam atau lilin dalam proses produksinya. Saat ini, usaha tersebut mempekerjakan 25 pembatik yang terdiri atas 15 orang pekerja tetap di pabrik dan 10 ibu rumah tangga yang membatik dari rumah.

“Kami ingin mempertahankan tradisi, tetapi juga memberi ruang bagi ibu-ibu agar bisa tetap produktif tanpa meninggalkan peran utama mereka di rumah,” ujar Aisha Nadia

Perjalanan Aisha merintis usaha itu penuh tantangan. Ia mengenang masa awal usaha ketika harus membawa karung berisi kain batik untuk bertemu calon pembeli. Bahkan, pernah diusir satpam karena dikira pemulung.

“Waktu itu saya tidak punya kendaraan. Namun saya tahu, saya membawa warisan budaya yang berharga,” kenangnya.

Pada akhir 2019, dua bulan sebelum pandemi Covid-19, Aisha menerima bantuan pendanaan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebesar Rp50 juta dari Pertamina. Dana tersebut digunakan untuk membeli sebidang tanah di tepi jalan yang kini menjadi galeri permanen Dimas Batik.

Tak disangka, justru pada masa pandemi, permintaan batik melonjak dari para desainer ternama di Bandung dan Jakarta yang memasok pakaian untuk pejabat dan selebritas nasional.

Kini, Dimas Batik tumbuh menjadi salah satu pengrajin batik terbesar di Tasikmalaya. Produknya telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Bahkan, pasar luar negeri, seperti Singapura dan Jepang, telah menjadi pelanggan tetap.

BACA JUGA:  Alami Depresi, Warga Binaan Lapas Kelas 1 Kesambi Gantung Diri

“Orang Jepang sangat menyukai motif batik kami yang bernuansa bunga kecil-kecil seperti melati, sakura, dan truntum. Mereka kurang menyukai motif binatang, jadi kami beradaptasi tanpa kehilangan identitas,” jelas Aisha.

Tak hanya mempertahankan kualitas dan keaslian, Dimas Batik juga aktif mengikuti pelatihan usaha. Pada 2024, usaha itu terpilih mengikuti Pertamina UMK Academy kelas Go Global guna memperluas pasar ekspor.

Motif-motif batik Jawa Barat yang ditawarkan Dimas Batik sarat filosofi. Di antaranya, Merak Ngibing yang menggambarkan keindahan gerak burung merak dengan warna cerah penuh energi; Tiga Negeri yang melambangkan harmoni pengaruh budaya Jawa, Pekalongan, dan Lasem.

Ada pula Cupat Manggu yang terinspirasi dari buah manggis dengan pola geometris dan elemen organik; serta Sidomukti, simbol harapan dan kemakmuran yang lazim digunakan dalam upacara adat dan pernikahan.

Area Manager Communication, Relation, dan CSR Regional JBB PT Pertamina Patra Niaga, Eko Kristiawan, menyampaikan apresiasinya atas kegigihan Aisha menjaga warisan budaya lokal.

“Kami bangga bisa mendampingi pelaku UMKM seperti Dimas Batik yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga mampu menembus pasar global. Inilah semangat UMKM binaan Pertamina, berakar kuat pada budaya lokal, tetapi berpandangan jauh ke depan,” kata Eko.

Menurut Eko, melalui program pendanaan dan pelatihan, Pertamina berkomitmen mendukung UMKM naik kelas dan menjadi penggerak ekonomi nasional.

Kisah sukses Dimas Batik selaras dengan semangat Asta Cita ketiga pemerintahan Prabowo-Gibran, yakni mendorong kewirausahaan, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan mengembangkan industri kreatif berbasis budaya.

Melalui dedikasi Aisha Nadia dan dukungan Pertamina Patra Niaga, Dimas Batik tidak hanya menjadi pelaku industri kreatif, tetapi juga penjaga warisan budaya bangsa. Di tengah pilihan instan dan serba cepat, Aisha tetap memilih lilin.

BACA JUGA:  Pertamina Patra Niaga Dorong Pemasaran Bitumen di Jawa Bagian Barat

“Bagi saya, setiap goresan malam adalah jejak sejarah yang tak tergantikan,” ujarnya. (Haris)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *