Dampak Penutupan Batubara di Pelabuhan Cirebon, Satu Pabrik Indocement Nonaktif

CIREBON (CT) – Salah satu pabrik milik PT Indocement Tunggal Prakarsa berhenti beroperasi, sebagai ‘efek domino’ dari penutupan sementara aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan Muara Jati Kota Cirebon. Penutupan salah satu pabrik di Indocement tersebut terhitung sejak tiga hari yang lalu, Sabtu (26/03).

Pabrik Indocement selama ini diketahui memiliki dua pabrik, dengan kebutuhan tiap pabriknya terhadap batubara sebanyak 1500 ton per hari. Keputusan penutupan salah satu pabrik ini diambil setelah manajemen pabrik mendapat surat dari KSOP Cirebon bertanggal 11 Maret 2016, dengan isi pemberitahuan bahwa pasokan batubara ditutup.

Supply Departement Head PT ITP, Agus Triwono menjelaskan sampai saat ini pihaknya masih belum menentukan pasokan batubara selanjutnya. Hingga saat ini, Indocement belum mengambil keputusan untuk memasok batubara melalui Pelabuhan Marunda, karena untuk kebutuhan satu tongkang batubara saja, PT Indocement setidaknya harus mengeluarkan seluruh ongkos sandar serta transportasi hingga Rp 1 miliar.

“Ongkos yang kami keluarkan melalui Marunda bisa mencapai 1 miliar untuk satu tongkangnya. Kami lebih baik menutup satu pabrik dulu hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Dengan menutup satu pabrik, maka kebutuhan batubara untuk satu pabrik lainnya akan terpenuhi, karena memang saat ini stok tinggal sedikit,” ujarnya kepada CT, Selasa (29/03).

Menurutnya, para pengusaha yang terbiasa memasok batubara melalui Pelabuhan Cirebon memang akan merasa berat jika harus berpindah ke Marunda, sebab pelabuhan ini memiliki biaya sandar yang cukup mahal. Selain itu, jarak antara Jakarta-Cirebon yang mencapai hingga 200 kilometer membuat ongkos transportasi pun bertambah.

Selain itu, dengan ditutupnya Pelabuhan Cirebon, membuat para pengusaha yang memang akan memasok batubara melalui Marunda, membuat daftar tunggu untuk masuk ke pelabuhan ini semakin panjang.

Sementara, soal pemutusan hubungan kerja terhadap para karyawan di salah satu pabrik yang sudah ditutup tersebut kemungkinan besar akan terjadi. Meskipun hingga saat ini PHK tersebut belum terjadi.

“Kemungkinan terburuk ada, tapi sampai saat ini belum ada PHK. Total karyawan 4200, dari 4200 karyawan ini, belum dihitung para supplier yang selama ini memang banyak memasok untuk pabrik,” imbuhnya. (Iskandar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *