Butuh Uluran Tangan, Dua Warga Lansia Kuningan Lumpuh Tak Berdaya

  • Bagikan
Butuh Uluran Tangan, Dua Warga Lansia Kuningan Lumpuh

Citrust.id – Dua wanita lansia, Nenek Carmi (65) bersama kakak kandungnya, Warsuni (70), warga Rt.04 Rw.04 Dusun Wage, Desa Ciomas, Kecamatan Ciawigebang, mengalami nasib yang mengenaskan.

Nenek Carmi sudah kurang lebih empat tahun mengalami lumpuh di kedua kakinya, sehingga hanya bisa terbaring lemas di balai-balai di dalam kamarnya. Sementara, Warsuni, kakaknya, juga tidak bisa berjalan dengan sempurna, kedua kakinya terasa lemas akibat gejala struk dan darah tinggi yang dideritanya.

“Ema mah asam urat, tos teu tiasa kamamana, alhamdulillah aya nu ngalongokan oge (Nenek menderita asam urat, sudah tidak bisa ke mana-mana, Alhamdulillah ada yang nengok juga), ” ujar Nenek Carmi, Senin (05/11/2018).

Dengan penuh kesabaran, sang kakak selalu membantu adiknya membersihkan kotoran BAB dan BAK. Bau tak sedap pun memenuhi ruangan tidur mereka, dan ini yang membuat warga sekitar agak enggan menghampiri mereka, meski sekadar untuk melihat.

Bukan tidak mau berobat, mereka sesekali juga memanggil bidan yang tak jauh dari rumah mereka. Namun, kata mereka, untuk kesembuhan sakit yang dideritanya, butuh biaya yang lumayan besar.

Bahkan untuk makan, kedua nenek tersebut hanya bisa mengandalkan belas kasihan dari warga sekitar. Itu juga bantuan tak seberapa, hanya cukup makan sekali saja.

“Saha wae nu masihan ema mah, dahar oge enjing sonten mah aya nu sok masihan ti tatangga, saayana wae (Siapa saja belas kasihan pada nenek, makan juga pagi sore suka ada yang memberi dari tetangga, seadanya),” keluhnya.

Keduanya memang hidup tanpa sanak saudara, ada juga saudara laki-laki, warga Desa Pangkalan, namun nasibnya tak jauh berbeda dengan mereka. Suami Warsuni, sudah tiga tahun meninggal karena sakit. Pun begitu dengan suami Carmi, sudah lama dipanggil Sang Pencipta.

BACA JUGA:  Harga Mulai Naik, DKPPP Kota Cirebon dan Bulog Pantau Harga Beras di Pasar

“Kieu geuning nasib jalmi nu teu gaduh wargi mah, anak oge teu gaduh, (Begini nasib orang yang tidak punya sanak keluarga mah, anak juga tidak punya),” ucap Nenek Carmi.

Melihat keadaan seisi rumah mereka, nampak jauh dari kata layak. Sofa rusak berantakan bercampur perabotan layaknya gudang rongsokan berserakan di ruang depan. Sementara di ruang tengah, ada “meja makan” yang hanya diisi gelas dan piring plastik. Lantai rumah pun penuh dengan debu karena tak mampu mereka bersihkan.

Tak ada kompor di dapur untuk mereka memasak makanan. Jangankan untuk memasak, yang mau dimasaknya juga tak ada. Bahkan air untuk minum pun, mereka selalu diberi tetangga belakang rumahnya.

Salah seorang tetangga mereka, Lili Saili, menjelaskan bahwa rumah mereka pun sebenarnya sudah terjual. Konon, uang dari penjualan rumah tersebut, dibayar dengan cara dicicil untuk biaya makan mereka sehari-hari.

Terpisah, Ibu Suyami (55), tetangga yang biasa memberi makan kedua wanita lansia tersebut, menuturkan bahwa dirinya merasa kasihan kepada mereka. Sehingga, setiap hari, pagi, dan sore hari, ia mengantarkan makanan seadanya untuk mereka.

“Karena kasihan saja Kang, mereka berdua sudah tidak punya saudara dan keadaannya repot tidak bisa kemana-mana. Untuk minum juga saya yang ngasih,” terang Suyami didampingi suaminya, Edi Nadi.

Terkait biaya untuk memberi makan kedua nenek tersebut, Suyami dan suaminya mengatakan, adalah murni dari pribadi mereka. Apa yang mereka makan hari itu, itu pula yang diberikan pada Nenek Carmi dan Warsuni. /pay

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *