Belajar Berdikari dari Sosok Kakek Yuandi

CIREBON (CT) – Yuandi, kakek berusia 77 tahun, asal Sumber Kabupaten Cirebon ini masih sanggup membopong baki dagangan yang berisi tumpukan peralatan seperti obeng, gunting, benang sol, sikat, gunting kuku hingga peniti untuk dijual.

Lazimnya, orangtua seusianya sudah tinggal istirahat dan dirawat oleh anak-anaknya. Namun, Yuandi justru merasa letih dan pegal-pegal apabila ia berdiam diri di rumah.

“Saya sudah biasa berjualan keliling dan sudah bertahun-tahun. Dulu saya merantau ke Jakarta jualan perabotan plastik. Tahun 1998 saya terpaksa pulang kampung ke Cirebon, karena di sana cari makan susah. Saya yang harus menafkahi istri di rumah. Kalau saya tidak berjualan malah sakit badannya, linu-linu,” ujarnya dengan suara memberat dan menundukkan pandangan, Jumat (22/01).

Kakek Yuandi mengaku memiliki lima orang anak dan sudah berkeluarga. Tetapi, ia tidak ingin menggantungkan diri kepada anak-anaknya. “Ya di rumah ada anak. Tapi saya nggak mau merepotkan. Saya lebih suka jualan. Saya masih mampu untuk jalan. Biasanya saya keluar rumah pagi jam 7 pulang sore. Kadang-kadang dapat hasil, kadang engga bawa apa-apa,” lanjutnya.

Kakek Yuandi biasa menumpang berteduh barang sebentar di warung Ceceu di Jalan Perjuangan Kota Cirebon. Melihat Kakek Yuandi yang kelelahan, Ceceu merasa iba dan menawarinya minum. Namun, ia langsung menolak dengan tegas dan sopan.

“Tidak, tidak. Terima kasih, tadi saya sudah minum. Saya masih kenyang,” katanya dengan lambaian tangan.

Lalu, Kakek Yuandi pun pergi untuk menjajakan kembali dagangannya. Ia terus berjalan dengan kondisi kaki kiri yang sudah pincang.

“Kakek itu sering jualan lewat sini. Tapi kalau ditawari minum nggak pernah mau. Bilangnya sudah minum terus,” ujar pemilik warung kepada CT. (Uyung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *