Bahaya! Sejumlah Pelajar dan Mahasiswa Ingin Pancasila Diganti Negara Khilafah

Cirebontrust.com – Kaum muda di Indonesia ternyata ada yang ingin Negara Khilafah berdiri untuk menggantikan Ideologi Pancasila. 3,7 persen dari 2.700 pelajar dan mahasiswa Indonesia setuju negara khilafah menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara.

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PCNU Kabupaten Cirebon, Rosyidin mengatakan, angka ini jika ditotal bukanlah jumlah yang besar. Namun menurutnya, kalau dibiarkan justru angkanya kemungkinan besar akan bertambah.

“Pelajar dan mahasiswa menjadi rentan karena sumber informasi yang menjadi rujukan bagi mereka adalah tidak sepenuhnya dari guru, melainkan dari internet, jaringan, maupun teman organisasi,” kata Rosyidin saat ‘Membedah Peta Gerakan Radikal atas Nama Agama’ di gedung NU Sumber, Rabu (01/11).

Menurut Rosyidin, dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan, pelajar dan mahasiswa ini bisa jadi penggerak untuk gerakan radikal jika tidak diantisipasi secepatnya. Untuk Cirebon, menurut Rosyidin, juga tidak lepas dari bibit gerakan radikal untuk mengubah ideologi negara.

Temuan yang pernah diketahui PCNU menyebutkan, 20 persen dari 30 guru yang diwawancarai membaca seputar Islam dari sumber tidak resmi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, antara lain jurnal-jurnal yang disebarkan oleh sebuah organisasi keislaman.

“Pada akhirnya mengarahkan mereka kepada pemahaman negara khilafah yang cocok untuk menggantikan ideologi Pancasila,” katanya.

Menurutnya, saat ditanya pada guru-guru ini seputar kenapa Pancasila ingin digantikan oleh negara khilafah, jawaban para guru adalah tidak mendapatkan manfaat dari Pancasila sebagai ideologi negara.

“Ini semacam warning. Sejumlah temuan juga didapatkan bahwa sekolah negeri justru lebih rentan terkena gerakan radikal melalui siswanya dibandingkan sekolah swasta,” ungkapnya.

Sementara itu, Kasat Intel Polres Kabupaten Cirebon AKP Didi Septiyadi mengatakan, ada beberapa penyebab rekrutmen yang dilakukan suatu kelompok kepada masyarakat. Di antaranya, golongan pemuda yang memiliki golongan fanatisme kuat, tapi ilmu agama masih rendah. Selain itu orang dengan karakter kere dan masyarakat berpendidikan rendah juga menjadi salah satu sebab.

“Anggota di lapangan memantau terus dan rata-rata begitu sebabnya,” paparnya. (Iskandar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *