INDRAMAYU (CT) – Cuaca buruk yang melanda perairan Indramayu dalam beberapa pekan terakhir, membuat nelayan tradisional susah melaut. Hal itu pun berdampak pada penurunan pasokan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Indramayu.
Ketua KUD Misaya Mina, Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Mansyur menyebutkan, dalam kondisi normal, produksi ikan di TPI Misaya Mina bisa senilai Rp 200 juta per hari. Namun akibat musim baratan, saat ini hampir tidak ada pasokan ikan sama sekali, karena sebagian besar nelayannya tidak melaut.
“Kondisi ini terjadi sejak seminggu yang lalu,” ujar Mansyur, Minggu (03/01).
Mansyur menyebutkan, di daerahnya terdapat sekitar tiga ribu nelayan, dengan jenis alat tangkap atau jaring yang beragam. Mereka semua melaut menggunakan kapal berbobot kurang dari 30 gross ton (GT).
Menurut Mansyur, kapal berukuran kurang dari 30 GT sangat terpengaruh dengan musim baratan. Jika musim itu terjadi, maka mereka tidak berani melaut karena keselamatan mereka bisa terancam.
Seperti diketahui, cuaca ekstrem dan gelombang tinggi melanda perairan Laut Jawa hingga ke Kepulauan Natuna. Syahbandar Indramayu pun melarang kapal-kapal untuk berlayar di perairan tersebut.
Larangan itu seperti yang tertuang dalam Surat Edaran bernomor UM.003/14/UP.UPP-Im/2015 tertanggal 17 Desember 2015. Tak hanya untuk kapal nelayan, larangan itu juga berlaku untuk kapal-kapal tanker besar, tongkang, tugboat, kapal roro maupun kapal penumpang berkecepatan tinggi.
Berdasarkan informasi dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem dan gelombang tinggi sedang melanda perairan Laut Jawa sampai Natuna. Untuk ketinggian gelombang, berkisar antara 1,25 sampai empat meter. Bahkan, di sejumlah titik bisa mencapai enam meter. (Dwi Ayu)