CIREBON (CT) – Menyambut bulan Safar yang dipercaya sebagai bulan bala bencana, Keraton Kacirebonan menggelar tradisi ‘Saparan’, di Bangsal Perbayaksa Keraton Kacirebonan, Rabu (17/12).
Inti dari tradisi Saparan adalah memanjatkan doa tolak bala dan pembagian kuliner tradisional Cirebon, yakni apem yang berbentuk bulat dan persegi empat yang dicampur larutan gula merah dan parutan kelapa.
Acara ini dilaksanakan ba’da Ashar yang di tutup dengan tawurji, yaitu sawer uang receh kepada warga sekitar Keraton oleh Sultan Kecirebonan Sultan PRA. Abbdul Gani bersama keluarganya.
PRA. Abdul Gani menjelaskan, tradisi ini dilakukan pada bulan Safar dengan membuat kue apem, karena Safar dipercaya sebagai bulan yang sering terjadi malapetaka. Pada hari rabu terakhir di bulan ini, dikenal masyarakat Cirebon sebagai “Rebo Wekasan“.
“Di bulan ini, harus memperbanyak membantu orang lain dan perbanyak sedekah, baik anak yatim, dan lain sebagainya. Kita lebih meningkatkan dan mempererat tali silahturahmi di antara sesama,“ ujar Sultan Abdul Gani.
Dari pantauan CT, tradisi Saparan diawali dengan pembacaan doa, kemudian apem dibagikan kepada warga dan masyarakat di sekitar Keraton Kecirebonan. Lalu dilanjutkan dengan makan bersama kue apem, setelah itu Sultan Abdul Gani melakukan sawer dengan uang recehan yang dikenal dengan istilah Tawurji. (CT-105)