Menelusuri Jejak Prabu Kiansantang di Bumi Lemahsugih Majalengka

  • Bagikan
Menelusuri Jejak Prabu Kiansantang di Bumi Lemahsugih-Majalengka Citrust.id - Prabu Kiansantang atau Pangeran Cakrabuana adalah salah satu putra dari Prabu Siliwangi. Tokoh penyebar Islam di tanah Sunda itu, konon pernah singgah di salah satu gunung di Lemahsugih-Majalengka yakni Gunung Cakrabuana. Atas dasar itu pula gunung tersebut dinamai Cakrabuana. Gunung dengan ketinggian 1721 mdpl ini, membelah di antara perbatasan lima kabupaten, Majalengka, Sumedang, Garut, Tasik, dan Ciamis. Di puncak gunung tersebut, menurut Hamim, selaku juru kunci, terdapat gundukan cadas berbentuk segi tiga yang merupakan tempat berkumpulnya para wali untuk membahas kelangsungan umat dan tanah air. Anehnya, lanjut dia, gundukan cadas kecil itu tetap bisa menampung banyak orang, meski secara nalar itu mustahil. “Pas SD kami ke sana jumlahnya hampir lima puluh tapi tetap muat,” jelasnya kepada Citrust.id di kediamannya, Selasa (16/10/2018). Berjalan kaki dari Dusun Cakrawati menuju puncak gunung, memerlukan waktu 2 setengah jam dengan medan yang cukup terjal. Sebelum sampai ke puncak, wisatawan akan disuguhkan dengan kulah air berukuran kecil. Kabarnya, ini tempat wudu Pangeran Cakrabuana. “Tapi kalau kemarau panjang, biasanya mengering,” lanjutnya. Banyak wisatawan yang datang untuk berziarah, selebihnya menikmati konservasi alam. Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Ciayumajakuning, tapi dari Jakarta-Bogor juga turut berkunjung./evan

Citrust.id – Prabu Kiansantang atau Pangeran Cakrabuana adalah salah satu putra dari Prabu Siliwangi.

Tokoh penyebar Islam di tanah Sunda itu, konon pernah singgah di salah satu gunung di Lemahsugih-Majalengka yakni Gunung Cakrabuana.

Atas dasar itu pula gunung tersebut dinamai Cakrabuana. Gunung dengan ketinggian 1721 mdpl ini, membelah di antara perbatasan lima kabupaten, Majalengka, Sumedang, Garut, Tasik, dan Ciamis.

Di puncak gunung tersebut, menurut Hamim, selaku juru kunci, terdapat gundukan cadas berbentuk segi tiga yang merupakan tempat berkumpulnya para wali untuk membahas kelangsungan umat dan tanah air. Anehnya, lanjut dia, gundukan cadas kecil itu tetap bisa menampung banyak orang, meski secara nalar itu mustahil.

“Pas SD kami ke sana jumlahnya hampir lima puluh tapi tetap muat,” jelasnya kepada Citrust.id di kediamannya, Selasa (16/10/2018).

Berjalan kaki dari Dusun Cakrawati menuju puncak gunung, memerlukan waktu 2 setengah jam dengan medan yang cukup terjal. Sebelum sampai ke puncak, wisatawan akan disuguhkan dengan kulah air berukuran kecil. Kabarnya, ini tempat wudu Pangeran Cakrabuana.

“Tapi kalau kemarau panjang, biasanya mengering,” lanjutnya.

Banyak wisatawan yang datang untuk berziarah, selebihnya menikmati konservasi alam. Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Ciayumajakuning, tapi dari Jakarta-Bogor juga turut berkunjung./evan

BACA JUGA:  Anggota TNI Tewas Ditusuk Debt Collector
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *