Citrust.id – Suasana pembacaan Babad Cirebon oleh Pangeran Kumisi di area Witana Keraton Kanoman Kota Cirebon berlangsung khidmat, Rabu (12/9/2018).
Meski angin cukup kencang berembus, tak menyurutkan antusias dan semangat pengunjung untuk tetap khusyuk memadati lokasi dan menyimak pembacaan sejarah asal-usul kota ini.
Pengeran Kumisi mengawali dengan berdoa dan dilanjutkan pembacaan Babad menggunakan bahasa Cirebon yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
“Yen sira arep Mulya, ngungsia ning Gunung Amparan. Bergurua ning Kanjeng Nabi. Iku agama kang mulya sing ana ning Syekh Nurjati atawa Syekh Darul Kahfii. Supaya sliramu dadi Waliyullah,” ucap Pangeran Kumisi, memulai pembacaan Babad Cirebon.
Penggalan tersebut memiliki arti: apabila Anda ingin kemuliaan, pergilah ke gunung Amparan Jati. Di sanalah Anda berguru agama Muhammad SAW. Itu agama yang mulia. Bergurulah Anda kepada Syekh Nurjati alias Syekh Datul Kahfi, agar Anda menjadi Waliyullah.
Perkataan tersebut diucapkan oleh suara tanpa rupa dalam mimpi Walangsungsang, anak Prabu Siliwangi.
Menurut Parikhin, salah satu panitia, pembacaan Babad Cirebon tidak lagi digelar di Siti Hinggil.
“Sekarang dikembalikan lagi ke asal, ke Witana,” ujarnya kepada citrust.id.
Usai pembacaan Babad Cirebon, acara dilanjutkan dengan Kirab Budaya Paksi Naga Liman dan pawai obor menuju Gunung Sembung./uyung