Majalengkatrust.com – Berawal dari semua anggota keluarga yang hobi mancing, akhirnya terbersit ide untuk merintis usaha abon ikan dan daging. Itulah awal mula kesuksesan Muhiban (52) dan istrinya Wilda (55), warga Desa Talaga Kulon, Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka.
Muhibah kini mengembangkan usaha aneka abon, sapi, ikan lele dan abon ayam. Pemasarannya sudah sampai di 13 Kabupaten/kota di Jawa Barat seperti, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Caiamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Subang, Purwakarta serta sejumlah wilayah lainnya.
Muhibah yang ditemui di pabrik pengolahan mengatakan, usaha yang dijalaninya tersebut mulai berlangsung sekitar tiga tahun yang lalu. Awalnya Muhibah dan keluarganya sering kali mancing karena memiliki hobi yang sama. Hasil mancing selalu diperoleh banyak lebih dari 10 kilogram. Ikan mas yang diperolehnya semula hanya dibagikan atau dibuat pepes ikan untuk dijual, karena jika terus dikonsumsi sendiri dirasa sangat membosankan.
“Suatu saat istri saya punya ide untuk (sisa ikan hasil tangkapan. red) diabon, karena kebetulan dia hobi masak. Ternyata hasilnya bagus,” ungkap Muhibah.
Abon ikan tersebut kemudian dicoba untuk dipasarkan dengan cara dititipkan di warung sekolah. Saat itu kemasannya pun hanya dengan menggunakan plastik, karena baru coba-coba sekaligus menjajaki pasar.
Setelah banyak digemari konsumen, lanjut Muhibah, akhirnya dirinya berusaha memproduksi abon secara profesional. Dia mencoba membuat abon aneka ikan air tawar.
“Kalau lele banyak diproduksi di wilayah sendiri, ayam juga demikian. Sementara sapi harganya cukup mahal jadi sering kali produksi dikurangi,” kata Muhibah.
Untuk abon lele, tutur Muhibah, setiap produksi menghabiskan hingga 50 kilogram sampai 60 kilogram, ayam sebanyak 40 kilogram hingga 50 kilogram dan sapi menghabiskan daging sekitar 15 kilogram hingga 20 kilogram. Untuk daging sapi tidak terlalu banyak, terkecuali bila harga daging sedang stabil. Sementara untuk abon lele cukup banyak karena penggemarnya lebih banyak dibandingkan dengan abon daging.
“Bahkan konsumen di Kabupaten Cirebon dan Garut lebih menyukai abon lele dibanding abon ayam atau sapi,” ujarnya.
Harga abon yang diproduksinya untuk lele seharga Rp25 ribu per toples, dan Rp40 ribu untuk abon sapi. Perbedaan harga yang cukup tinggi ini karena tingkat penyusutan yang berbeda jauh. Untuk lele tingkat penyusutannya hanya sekitar 30 persenan sedangkan ayam 40 persen dan sapi penyusutannya hingga 50 persenan.
Meskipun kebutuhan lele cukup tinggi, Muhibah mengaku tidak bisa menyetok lele dalam jumlah banyak. Pasalnya lele kerap mati. Sementara untuk pembuatan abon haruslah ikan segar, karena ikan yang sudah lama mati atau disimpan dalam lemari pendingin cukup lama hasilnya selalu kurang baik, teksturnya sering kali berbeda. Dan tekstur berpengaruh pula pada rasa.
“Kalau mau produksi, baru membeli lele. Karena kalau menyetok banyak, kolamnya tidak ada, serta lele kerap banyak yang mati, lagi pula kalau untuk abon harus ikan segar agar hasilnya bagus,” kata Muhibah yang sudah mempekerjakan 5 orang warga. (Abduh)