CIREBON (CT) – Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar upacara siraman panjang jimat, yang merupakan rangkaian acara muludan, Minggu pagi (28/12). Upacara dipimpin langsung Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat dan diikuti puluhan abdi dalem di Keaputren Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.
Benda pusaka yang akan dicuci yakni 9 piring tapsi atau piring panjang, 40 piring pengiring dan dua guci serta dua gelas. Benda pusaka itu akan digunakan pada upacara panjang jimat pada 12 Maulud. “Piring tapsi tempat nasi jimat, sedangkan 40 piring pengiring sebagai tempat buah-buahan dan kue. Dua guci akan diisi air serbat dan dua gelas untuk air mawar yang akan disirampkan pada panjang jimat,” Kata Sultan Arief, usai prosesi siraman panjang.
Upacara dimulai dengan diawali doa. Semua benda pusaka yang akan digunakan untuk menyimpan makanan saat upacara panjang jimat, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Satu per satu benda pusaka itu dicuci dengan air dari sumur kejayaan dan sumur agung di komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.
Setelah dicuci bersih dengan air, benda pusaka kemudian dilap sampai kering. Setelah itu, barulah dibungkus kain putih. Ketika semua benda pusaka selesai dibersihkan dan dibungkus kain putih, para abdi dalem membawanya ke tempat penyimpanan. Benda pusaka itu baru akan digunakan pada upacara panjang jimat yang merupakan puncak acara muludan di lingkungan keraton.
Air bekas cucian benda pusaka dalam acara tradisi siraman panjang ini, dianggap warga membawa berkah kesehatan maupun keselamatan. Tak heran usai upacara siraman panjang jimat, warga berebut mendapatkan air tersebut untuk membasuh muka dan diminum, sebagian lagi dibawa pulang untuk mandi. “Ya buat ngalap berkah, buat minum, cuci muka dan buat mandi di rumah,” kata Haneni, warga Indramayu yang datang sejak subuh untuk mengikuti siraman panjang jimat.
Upacara siraman panjang jimat adalah tradisi leluhur Kesultanan Kasepuhan menjelang acara puncak muludan. Benda pusaka dibersihkan agar ketika digunakan nanti benda-benda tersebut benar-benar bersih. Siraman panjang ini hanya dilakukan satu tahun sekali setiap tanggal 5 maulud. Setelah dipakai kemudian disimpan di kamar pusaka dan baru dicuci lagi pada tanggal 5 mulud tahun berikutnya. (CT-105)
Komentar