Majalengkatrust.com – Hampir satu Rukun Tetangga atau sekitar 60 KK di Blok Dukuh Hurip, RT 27 RW 09, Kelurahan Cicurug, Kabupaten Majalengka tidak memiliki jamban keluarga di rumahnya. Untuk aktivitas mandi dan mencuci, mereka memanfaatkan tempat mandi umum dan sumur Cinyemplung yang ada di sekitar pemukiman mereka.
Menurut keterangan warga, kondisi tersebut telah berlangsung sejak puluhan tahun atau sejak nenek moyang mereka dulu. Hal itu terjadi, karena tidak ada sumber air yang posisinya di atas pemukiman, kalaupun ada justru di bawah pemukiman sehingga air sulit dialirkan.
Terkecuali mengebor sumur yang kedalamannya mencapai puluhan meter serta biaya yang mencapai belasan juta rupiah.
“Di kami hanya ada dua sumber mata air yakni Ciacer dan Cinyemplung, Ciacer dimanfaatkan oleh warga RT 26, sedangkan Cinyemplung untuk RT 27. Ada pula warga yang memanfaatkan bak mandi umum yang dibuat di kawasan Bimi Perkemahan untuk pramuka,” ungkap Wawan.
Untuk membuat sumur biayanya sangat mahal, tidak bsia dijangkau oleh warga yang mata pencahariannya kebanayakan sebagai buruh pabrik genteng dengan upah sebesar Rp 25.000 atau buruh tani yang upahnya juga tidak seberapa.
Hanya menurut Wawan belakangan warga yang tingal di RT 26 berupaya menarik air keatas dari kolam mata air di Ciacer, sehingga sebagian rumah sudah memiliki kamar mandi sendiri lengkap dengan tempat BAB, selain itu untuk warga RT 26.
Disaat musim penghujan air bisa dialirkan dari bak penampungan dan bisa dialirkan ke rumah. Berbeda dengan warga yang tinggal di RT 27 posisi rumah mereka berada lebih tinggi dibanding mata air, saking tingginya airpun tak bisa dipompa dengan sanyo.
Untuk kepentingan mandi dan mencuci atau buang air besar warga satu RT terpaksa harus turun ke bawah ke sumber mata air Cinyemplung yang jaraknya sekitar 500 hingga 700 meteran dari rumah.
Di sana warga mandi dan mencuci bersama-sama karena air ditampung di kolam berukuran sekitar 3 m X 7 6 m menggunakan tembok agar masyarakat bisa mudah mengambil air atau mencuci dan mandi, sedangkan BAB dilakukan di saluran air yang airnya dialirkan dari pembuangan mandi dan mencuci warga.
Karena bak penampungan besar, tak heran bila pagi dan sore puluhan bahkan mungkin ratusan warga memanfaatkan air tersebut. Mereka mandi, mencuci bersama di lokasi tersebut serta mengambil air untuk kebutuhan memasak.
Wiwi, Tarmi, Yayah dan Uniah mengatakan, disaat musim kemarau seperti sekarang, masyarakat sudah ramai ke tempat tersebut sejak pagi pukul 03.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, sedangkan sore hari mulai ramai di datangi warga pada pukul 15.30 hingga pukul 18.00 WIB.
Sebagian dari mereka ada yang mandi dan mencuci, ada pula yang mengambil air untuk masak hingga mandi anaknya yang sudah menginjak remaja. Mereka mengambil air menggunakan jerigen, ember hingga tempayan. (Abduh)
Komentar