Tantangan Pengembangan Agrowisata Buah Lokal

 

Oleh : Jaka Sulaksana*

 

Menarik apa yang diungkapkan oleh Listhia H Rahman dalam Kompasiana tentang Hari Buah Sedunia, Kenyataan dan Tantangan Indonesia. Dikatakan dalam tulisannya bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan sayur dan buah adalah rendah terutama bagi penduduk dengan rerata usia lebih dari 10 tahun.  Ungkapan lainnya yang menarik adalah bahwa Indonesia hanyalah konsumen dari produk buah impor negara tetangga, yang sepertinya sudah mempunyai brand image akan buah tertentu. Misalnya saja Buah naga dari Vietnam, jeruk dari Australia, durian dari Thailand, pir dari China, dan anggur dari Amerika. Indonesia? Adalah pembelinya. Lebih lanjut harapannya adalah Sebagai negara agraris yang kaya akan flora dan fauna, seharusnya Indonesia mampu menghasilkan buah-buahan yang cukup bagi kebutuhan masyarakatnya. Sudah saatnya Indonesia sebagai negara beriklim tropis dan segala potensi yang ada untuk menghasilkan buah-buahan kualitas terbaik sehingga mampu mengedepankan buah-buahan lokal dan segera menuju swasembada buah nasional.

Pesan dari tulisan yang disampaikan adalah urgentnya pengembangan produksi dan konsumsi buah lokal Indonesia. Mengenai buah lokal sendiri, pamornya di negeri sendiri sebenarnya tidak pernah kalah dari buah impor. Potensi pasar dan harga di dalam negeri pun lebih baik dibandingkan dengan ekspor. Maraknya buah impor sebenarnya tidak banyak berpengaruh terhadap buah lokal. Berbeda dengan komoditas impor tertentu seperti bawang merah yang selalu berimbas pada anjloknya harga bawang merah lokal.Buah lokal Indonesia adalah buah tropis yang hanya ada di Indonesia dan beberapa negara tetangga. Namun sejauh ini produksi buah tropis Indonesia adalah yang terbesar dan tidak mungkin tergantikan oleh buah impor dari negara luar ASEAN, Eropa, Amerika atau benua lain. Selama ini buah impor hanya masuk saat terjadi kekosongan buah lokal di dalam negeri. Kekosongan itu  terjadi karena buah lokal bersifat semusim dan musiman, sehingga pasokannya tidak berkesinambungan (Perdana, 2015, Pikiran Rakyat).

BACA JUGA:  Ironis! Berdalih Nikah Siri, Anak Pemilik Pondok Pesantren Paksa Santriwati Bercinta?

Ditinjau dari pemikiran di atas, terdapat celah yang besar akan potensi pengembangan buah lokal.  Jawa Barat sendiri memiliki sumberdaya genetik lokal yang luar biasa, termasuk untuk buah-buahan. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa buah-buahan lokal di Jawa Barat memiliki nilai keunggulan kompetitif yang tinggi dan potensi besar untuk dikembangkan.  Hampir tiap Kabupaten memiliki keunggulan kompetitif akan sumberdaya genetik lokal. Jika batas sudut pandang sedikit dipersempit ke arah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), kesadaran akan pentingnya pengembangan buah lokal sudah terbentuk dan sudah mulai ada tindaklanjut yang dilakukan terutama oleh Pemerintah Daerah setempat.  Misalnya saja dalam hal pengembangan teknologi dan pemasaran. Akan tetapi, yang belum optimal dilakukan adalah belum tampaknya rencana atau model pengembangan buah lokal yang lebih mendalam, terarah dan integratif.  Salah satu sektor yang perlu diintegrasikan dengan pengembangan buah lokal adalah sektor pariwisata, yang nantinya jika diintegrasikan akan memunculkan subsektor agrowisata buah lokal.

Pemkab Cirebon, Indramayu dan Majalengka telah melihat salah satu komoditas yang memiliki peluang besar dikembangkan terus menerus adalah buah-buahan. Salah satu yang terdepan adalah Buah mangga Gedong Gincu. Pada awalnya hak paten buah ini menjadi rebutan tiga kabupaten tersebut, yang pada akhirnya sepakat memunculkan nama Gedong Gincu Grage. Didasarkan atas kesesuaian alam dan lahan, karakteristik buah mangga gedong gincu di tiga kebupaten tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain sehingga masing-masing memiliki peluang kompetitif untuk dikembangkan. Hanya saja, hingga saat ini, belum terdengar atau tampak adanya model pengembangan agrowisata khusus buah mangga gedong gincu. Contoh yang lain misalnya saja adalah durian Sindangwangi (Sinapeul) di Kabupaten Majalengka. Apabila kita melintas jalur jalan Majalengka-Cirebon via Rajagaluh, di sekitar daerah Sinapeul Kecamatan Sindangwangi kita akan menemukan penjual buah durian yang menjajakan buah Durian yang dipetik langsung dari kebun di sekitar daerah tersebut. Dengan rasanya yang manis dan berbuah hampir sepanjang tahun, potensi Durian Sindangwangi akan menghasilkan nilai lebih secara ekonomi bagi masyarakat sekitar apabila dikemas dan dipromosikan dengan lebih baik.Buah Durian Sinapeul sendiri tidak kalah rasanya dengan durian-durian lain seperti durian Lampung bahkan Durian Montong dari Thailand sekalipun, hanya saja tingkat produksi dan promosi yang harus ditingkatkan, salah satunya adalah dengan konsep agrowisata.

BACA JUGA:  Ini Daftar Harta Kekayaan Calon Bupati dan Wakil Bupati Majalengka

Konsep agrowisata menjadi suatu yang eksotis dan menjanjikan karena di dalamnya ada unsur “Community Based Tourism” atau pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata. Makna adalah dengan adanya pengembangan yang integratif antara subsektor hortikultura buah-buahan dengan sektor pariwisata, maka akan mampu meningkatkan perekonomian warga masyarakat di daerah pengembangan agrowisata tersebut. Inilah tujuan akhirnya sehingga apa yang dislogankan oleh hari buah sedunia yaitu “Our World, Our Fruit, Our Future” dapat betul-betul terwujud.

(* Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Majalengka, Alumni S-3 The University of Tokyo).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *