-dok istimewa
PENGEPUNGAN Pelabuhan Sundakalapa 1527.
Oleh: Nurdin M Noer*
KONDISI sosial politik menjelang1527 M mengalami perubahan,karena adanya perluasan Kesultanan Demak, Cirebon yang semula menjadi daerah kerajaan Sunda, ketika kehadiran Tome Pires (1513),menjadi masuk ke Jawa.Dengan demikian sudah tentu Cirebon juga mendapat pengaruh politik Demak. Bahkan sebelum 1527 Cirebon sudah menyiapkan tentaranya untuk menyerang Kalapayang bersahabat dengan Portugis.
Uka Tjandrasasmita dalam Arkeologi Islam dan Dinamika Lokal di Nusantara (Google Book, tanpa tahun).dengan mengutip Atja menyebutkan, kedatangan seorang yang berasal dari Pasai bernama Fadhilah kemudian diangkat menjadi menantu dan dijadikan panglima untuk menyerang Sunda Kalapa.Ketika singgah di Cirebon.Panglima Fadhilah disertai prajurit gabungan dari Demak dan Cirebon.Ini karena Fadhilah juga merupakan menantu Syarief Hidayatullah atau SunanGunung Jati. Dengan dorongan semangat dari gabungan Demak dan Cirebon, berangkatlah ia menuju medan perang
Tetapi mereka terlebih dahulu menuju Banten untuk mendapatkan bantuan dari Maulana Hasanudin yang sejak 1526 menguasai Banten.Dari sana,mereka menuju Kalapa dan melancarkan serangan dari arah barat pada 22 Juni 1527 (berdasarkan Sukanuto yang disahkan DPRD DKI Jakarta sebagai Hari Jadi Jakarta) berhasil mengenyahkan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Fransisco de sa. Sejak saat itu (22Juni 1527) Kalapa diganti menjadi “Jayakarta” yang berarti “Membuat Kemenangan” dan terinspirasi ayat Al-Quran,”Sesungguhnya kemenangan ini adalah kemenangan sempurna”. Yang artinya sama dengan Jakayakarta (Hoesein Djajadiningrat,1956).
Menurut Uka, penyerangan kota pelabuhan Kalapa terdapat dalam berita Portugis dan dalam Purwaka Caruban Nagari karya P. Arya Carbon (1720), Terdapat perbedaan penyebutan nama pemimpin penyerangan ke Kalapa.Berita Portugis menyebut Faletehan, sedangkan berita Carita Purwaka Caruban Nagari menyebut Fadhillah atau Fadhilan Khan yang lebih sesuai dengan sebutan Fatahillah. Sementara itu Hoesein Djajadiningrat dalam karyanya Christische Bestchouwing van den Sejarah Banten (disertasi 1913) sampai karya “Lahirnya Jayakarta (1956)” masih berpendapat, bahwa Faletehan (berita Portugis) samadengan Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah. Tetapi dengan ditemukannya Carita Purwaka Caruban Nagari karya P. Arya Carbon (1720) pada 1970 itu, saya berkesimpulan, bahwa yang disebut Faletehan adalah Fadhilah Khan.(NMN)***
*Penulis adalah pemerhati kebudayaan lokal.