Majalengkatrust. com – Akbar, bocah empat tahun terus merengek dipunggung neneknya Tursinah (70) minta jajan, warga Dusun Cipalu, Blok Sabtu, Desa Jatitengah, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.
Sementara, neneknya terus berusaha mencuci piring di ember sambil terus mengajak cucunya ngobrol agar lupa dengan permintaannya.
Akbar dan kakaknya Riski Guntoro (10) ditinggalkan ibunya menikah lagi karena tak tahan dengan kemiskinan, sedangkan Bagja ayah kedua bocah kini pergi bekerja ke Palangkaraya, Kalimantan yang pulangnya tak jelas.
Kedua bocah tersebut kini diasuh oleh neneknya Tursinah yang sudah tidak bisa bekerja kasar karena tenaganya yang sudah tak muda serta penglihatannya yang berkurang, akibat salah satu matanya tak bisa melihat lagi.
Untuk membiayai kebutuhan sehari-hari menurut keterangan Tursinah serta dua orang tetangganya Tarinah (47) dan Rianto (60), kini mengandalkan kiriman dari Bagja dan pemberian tetangganya.
Jika belum datang kiriman Tursinah berumaya mengutang ke warung yang berada dekat rumah serta tetangga samping rumahnya.
“Kirimannya kadang Rp500.000 sebulan, tapi kadang juga tidak ada kiriman karena habis untuk makan Bagja di tempat kerja,” ungkap Tarinah tetangganya, Minggu (13/08).
Bagja sendiri bekerja ke luar Jawa, karena di kampungnya tak ada pekerjaan, biasanya dia bekerja sebagai buruh bangunan atau kuli mencangkul.
Hanya saat ini sedang musim kemarau sehingga tak ada pekerjaan, kuli bangunan juga sepi.
Uang Rp500.000 menurut Tursinah harus cukup untuk sebulan, atau kalaupun kurang tak boleh terlalu besar agar anaknya bisa membayar.
Mengatur uang sebesar itu yang terpenting cucu-cucunya bisa makan nasi, serta jajan di sekolah seperti anak yang lain dan di rumah yang juga tidak boleh terlalu besar.
“Nyangu sadinten sakati, rencangna kacang panjang digodog ngangge masako, atanapi asin sadinten (masak sehari setengah liter, sayurnya kacang panjang di godok dibubuhi masako. Atau kalau ingin ikan asin maka sehari bsia dengan ikan asin saja),” ungkap Tursinah.
Beruntung menurutnya masak tidak menggunakan gas namun menggunakan kayu bakar, sehingga tak perlu membeli gas. Untuk mencuci perabotan rumah tangga juga cukup menggunakan abu gosok tak menggunakan sabun, karena sabun cuci hanya untuk mencuci pakaian.
Tursinah mengaku tak mengetahui apakah dirinya punya BPJS atau tidak, hanya ketika sakit menurut tetangganya Tarinah dan Rianto, tetap harus membayar biaya pengobatan.
Namun cucunya mendapatkan bantuan biaya sekolah sebesar Rp 225.000 per tahun. Selain itu Tursinah juga menerima rasta sebanyak 1 liter per bulan yang dibelinya seharga Rp 2.000.
Sebelum anaknya Bagja bercerai dengan menantunya tiga tahun lalu, Tursinah tinggal di gubuk yang kondisi dapur dan tempat cucinya terbuka, hanya kamar tidur yang berpintu. Dapur rumahnya hanya terlindungi bambu seperti pagar.
Hanya setelah anaknya bercerai, Tursinah bisa tidur di rumah anaknya yang lebih layak, berdinding tembok.Hanya masak dan mencuci yang masih digubuknya karena rumah anaknya sama tak ada air. Sehingga air harus mengambil ke sumur tetangga. (Abduh)