Polisi Tentara Batalyon 13

Oleh DADANG KUSNANDAR*

MENJELANG Hari Pahlawan 10 November saya berazam menulis cuplikan-cuplikan sejarah perjuangan bersenjata dan diplomatik di Cirebon dan sekitarnya. Penulisan ini dimaksud untuk pengetahuan bagi siapa pun serta sebagai ingatan bagi siapa saja yang pernah tahu/ mendengar/ membaca dari referensi lain. Sajian ini pula merupakan rasa takzim dan hormat yang dalam kepada para pelaku sejarah sehingga Cirebon terus berderak ke arah kemajuan.

Berikut ini adalah sejarah pembentukan Polisi Tentara Batalyon 13. Dihimpun oleh Letda D. Sudarsono, Lettu POM Eddy Sukarno, Lettu POM Soewarja, Lettu POM Jusuf dan Abdul Kadir.

Pendaftaran para pemuda Indonesia untuk menjadi calon anggota Polisi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dibuka pada 19 September 1945. Testing yang ringan pada waktu itu menyebabkan semua pendaftar dapat diterima. Kemudian mengikuti pendidikan kilat di Linggarjati dibawah komando Mayor R. Gending dan Mayor Abdul Gani selama dua bulan.

Paska latihan terbentuklah Polisi Tentara Batalyon 13 yang berkedudukan di depan BAT Cirebon. Mayor Abdul Gani adalah komandannya. Polisi Tentara Yon 13 meliputi Kota/ Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka.

Kapten Sunardi sebagai komandan Polisi Tentara (PT) Kota Cirebon, Letda Mashadi komandan PT Kabupaten Cirebon, Mayor Abdul Riva’i komandan PT Kuningan, Lettu Chalil komandan PT Majalengka, dan Letda Suyono komandan PT Indramayu. Yon 13 mempunyai satu kompi yang terdiri dari tiga seksi dengan Komandan Kompi Lettu Adela, sedangkan Seksi I dipegang oleh Letda D. Sudarsono, Seksi II oleh Letda Muchtar, Seksi III oleh Letda Eddy Sirodz.

Staf Yon 13 meliputi Kabag Administrasi yang dijabat oleh Letda Kustono dibantu Letda Suryat Sumantri, Letnan Muda Samaun, Letda Sutejo dan Letda R. Subandi. Kabag Kepolisian dijabat oleh Lettu Salim. Kabag Keuangan Lettu Oyo Miharjo. Kabag Perlengkapan Letnan Muda R. Bintang yang dibantu oleh Letnan Muda E. Sukardi dan Serma Moch. Yusuf. Para pelatih Bagian Ketentaraan di Staf Yon 13 ialah Letnan Muda Sukisman, Letnan Muda Purwantara dan Letnan Muda Pirngadi.

BACA JUGA:  Mencari Ujung Pangkal Pesantren Buntet

Sejak Polisi Tentara terbentuk di Karesidenan Cirebon pada tahun 1945 sampai dengan Agresi Militer Belanda I banyak mengalami perubahan menuju kesempurnaan struktur organisasi, sesuai dengan instruksi Mabes Polisi Tentara di Yogyakarta yang dikomandoi oleh Mayor Jendral Santoso. Misalnya pembentukan Detasemen Polisi Tentara 37 yang kemudian diganti dengan Detasemen 31 dan sub-sub Detasemen. Komandan Detasemen ketika itu ialah Lettu Adela.

Catatan yang layak diketengahkan menyangkut Polisi Tentara Yon 13 adalah krisis/ konflik dengan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) yang dibantu KRIS Karawang. Yon 13 pun tidak tinggal diam, didatangkan pula satu kompi Detasemen Purwakarta dibawah pimpinan Kapten Mugrib. Turut serta Komandan Seksi Letda Moch. Saleh, Letda Moch. Yusuf, Letda Idris, dan Mandagi. Sedangkan komandan batalyon saat itu Mayor Hadibey dengan ajudan Letda Suhendra.

Konflik KRIS dengan Yon 13 berawal dari seorang anggota pasukan KRIS membeli rokok secara memaksa, di tempat itu ada anggota Yon 13 Abdul Kadir. Kadir memberi penjelasan, anggota KRIS tidak terima lalu cekcok. Keduanya berhantam menggunakan golok, anggota KRIS terbacok golok Kadir. Kabar pun tersiar ke mana-mana hingga memanas. Beruntung konflik ini berakhir damai setelah Pimpinan KRIS berunding dengan Mayor Hadibey.

Catatan kedua menyangkut peristiwa perlucutan PT Garut oleh Pasukan Istimewa. PT Garut berikut satu seksi pasukan Jepang datang ke Cirebon dibawah pimpinan Letkol Rukama dan ditempatkan di Markas Batalyon I TRI Kesambi. Lettu Tema datang juga ke Cirebon karena telah dicari oleh Lettu Napitulu dari Yon 13.

Guna menjaga kemungkinan, Yon 13 diperintahkan mengadakan persiapan. Akan tetapi berkat Pimpinan Tentara Republik Indonesia (TRI) Cirebon yang telah menjadi Brigade V dibawah pimpinan Kolonel Abdul Kadir, selisih paham dapat diatasi dengan cara damai.

BACA JUGA:  PMII Indramayu Dukung Penolakan Gerakan Radikalisme Agama yang Memecah Belah NKRI

Usai kejadian itu Polisi Tentara Cirebon dan Purwakarta ditugaskan menumpas gerakan di Tegal, Bumiayu dan Purwokerto. Kerjasama dan keuletan kerja Detasemen Cirebon, Purwakarta dan Tegal gerakan di tiga daerah berhasil diamankan. Pimpinan Detasemen Tegal saat itu Mayor Sarono dan Kapten Tame.

Markas Detasemen di Kesunean dipindahkan ke Kejaksan, komandannya masih tetap Lettu Adela.  Pengganti Komandan Polisi Tentara Batalyon 13 ialah Mayor Bambang Sakri Sumarto dan Kapten Somantri sebagai Komandan Kompi.

Maret  1947 satu kompi pasukan Siliwangi bersenjata lengkap datang ke Cirebon. Memakai topi Padvinder  dan bermarkas di depan Markas Detasemen Polisi Tentara di Kejaksan. Ternyata pasukan itu pembantu tentara NICA, bukan pasukan Siliwangi, tetapi pasukan Siliwangi Welanda/ Siluman Belanda.

Polisi Tentara Detasemen Yon 13 mendapat instruksi mabes ke Yogyakarta, kecuali anggota staf. Pada tanggal 21 Juli 1947 terjadi bombardir  pasukan NICA dari laut, udara dan darat ke Kota Cirebon. Saat melakukan serangan darat, tank/ panser NICA diselubungi bendera Merah Putih. []

*Bidang Infokom DHC Angkatan 45 Kota Cirebon.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *