Menelisik Makna Tradisi Mapag Sri Desa Suranenggala

Cirebontrust.com – Tradisi Mapag Sri, yang merupakan salah satu tradisi rutin yang dilakukan warga Desa Suranenggala, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon secara kebahasaan mengandung arti “Menjemput Padi”.

Dalam bahasa Cirebon, kata “Mapag” berarti menjemput sedangkan “Sri” dimaksudkan sebagai Padi. Maksud dari menjemput padi adalah memanen Padi hasil para petani.

Hal tersebut diungkapkan Kuwu Suranenggala, H. Kasima. Ia menambahkan bahwa tradisi Mapag Sri dilaksanakan dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena panen yang telah tiba dan dengan hasil yang memuaskan.

Dalam upacara Mapag Sri, Kuwu yang dalam istilah warga setempat disebut Kubayan, bertindak sebagai pemimpin upacara. Para petani dan aparat desa bertindak sebagai panitia, dan pihak Kecamatan dan Dinas Pertanian bertindak sebagai undangan.

Upacara Mapag Sri di Desa suranenggala sendiri berlangsung pada Rabu (10/04) pukul 08.00 WIB.

“Prosesi diawali rombongan yang mengenakan pakaian adat, dipimpin oleh Kubayan memanjatkan do’a lalu dengan berjalan beriring tanpa alas kaki satu persatu menuju sawah, tempat mengambil sri penganten,” Kata H. Kasima.

Sesampainya di lokasi, diawali oleh kubayan serta diikuti oleh seluruh perangkat desa dan petani, memotong “Padi penganten’ atau Padi Bibit dengan ani-ani bagi perempuan, dan laki-laki menggunakan arit.

Padi penganten yang diambil dikumpulkan hingga terkumpul empat ikat. Empat ikat itu melambangkan pondasi dari 4 sudut yang kokoh dan kuat. Ke-4 ikatan sri penganten itu lalu dipikul oleh kubayan diiringi kuwu dan perangkat desa, serta petani menuju Balai Desa.

Di Balai Desa inilah Sri Penganten atau Padi Penganten diletakkan paling depan. Selanjutnya Kubayan memimpin do’a untuk keberhasilan panen saat ini dan seluruh peserta duduk di atas Bale Desa.

BACA JUGA:  Pembangunan Gedung Setda Kota Cirebon Masuk Tahap Lelang

Selanjutnya Sri Penganten disimpan di Lumbung Desa untuk nantinya  dipasang pada panggung saat Pertunjukan wayang Mapag Sri.

“Sri Penganten dikembalikan pada Lumbung Padi, sebagai simbol harapan panen padi kali ini sebaik kualitas padi penganten. Sehingga bisa mensejahterakan petani dan masyarakat. Pada saatnya musim tanam nanti, Sri Penganten ini akan dijadikan bibit,” pungkasnya. (Sukirno Raharjo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *