Membayar Kesetiaan

Oleh DADANG KUSNANDAR*

MENTAL sesekali ternyata perlu juga divermak. Kebiasaan yang berulang dilakukan menyangkut mental/ attitude pada saatnya menentukan nasib seseorang.

Haikal Hassan dalam buku The Law of Repetition memaparkan: Pikiran yang diulang-ulang akan melahirkan perkataan. Perkataan yang diulang-ulang melahirkan tindakan. Tindakan yang berulang-ulang akan melahirkan kebiasaan. Dan kebiasaan yang diulang-ulang akan menentukan nasib seseorang.

Buku ukuran sedang karya Saptaguna terinspirasi oleh beberapa buku motivasi dan video inspirasi yang dilihatnya melalui aplikasi youtube. Selain tentu saja bekal awalnya sebagai penulis cerita pendek dan esai.

Buku ini menggelitik saya untuk membacanya karena Diet Mental sebagai bunga rampai tulisan-tulisan lepas Saptaguna menampilkan kisah keseharian kita. Sebanyak 43 esai terhimpun di sini membincangkan tema sosial kemanusiaan.

Sehubungan tak lama lagi akan berlangsung pemilihan kepala daerah, saya nukil serba sedikit esainya yang ada di buku ini dengan judul Surat Untuk Calon Bupati. Berawal dari kesetiaan seekor anjing yang sangat setia kepada majikannya, kakek Lao Pan. Dikisahkan ketika Lao Pan dimakamkan, anjing itu hadir dan tidak beranjak dari pusara Laopan sepekan lamanya. Berkali warga merayu sang anjing untuk pulang, hewan itu tetap menolak. Akhirnya secara bergilir warga mengirim makanan untuk anjing Lao Pan.

Apa yang tercermin dari kesetiaan seekor anjing milik Lao Pan yang dapat kita saksikan di youtube? Pembaca budiman saya yakin mampu merangkainya dengan berbagai persoalan kemanusiaan. Mungkin juga Anda teringat pada kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi dan seekor anjing yang setia.

Kesetiaan orang kecil kepada calon bupati dalam konteks pilkada, dengan bagus dipaparkan penulis Indramayu ini. Katanya, “Calon bupati yang baik, saya sering melihat baru beberapa bulan dilantik jadi bupati, tak lama kemudian berseteru dengan wakilnya. Perseteruan dilanjutkan dengan lawan politiknya. Akhirnya perseteruan dengan rakyatnya. Tentu saja ini tidak elok dipandang karena mungkin di situ ada ketidaktulusan, ada pengkhianatan, ada ketidakjujuran, ada ketidakpedulian.”

BACA JUGA:  Jangan Sembarang Menyapu

Calon bupati yang saya hormati jika dengan ketulusan hati, kepedulian yang ikhlas seekor hewan yang tidak memiliki hati dan akal saja dapat mengikuti dengan setia terhadap majikannya ~apalagi manusia.

Membaca esai pendek Surat Untuk Calon Bupati bagi saya dapat dirangkai sebagai surat untuk calon walikota, calon gubernur, calon presiden dan calon anggota DPR.

Dengan demikian mental kita mesti diperbaiki atau lakukan diet padanya sehingga tatkala melangkah di dunia nyata kita semakin fresh dan bisa memberi manfaatnya kepada sesama mahluk Tuhan. []

*Penulis lepas, tinggal di Cirebon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *