Cirebontrust.com – Sebanyak 600 titik sungai yang berada di bawah wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) dalam kondisi kritis. Beberapa sungai di antaranya berada di Kabupaten Cirebon, yaitu Sungai Ciberes yang pada Februari lalu mengalami banjir besar.
Kepala BBWSCC Carisal Manu mengatakan, sebagian besar sungai yang memiliki titik kritis karena tidak memiliki tanggul, sehingga saat terjadi hujan besar dan tidak mampu menampung air dari hulu maka air hujan seketika akan meluap.
Menurutnya, normalisasi sungai membutuhkan anggaran yang besar. Per 2 meter lokasi normalisasi sungai, setidaknya dibutuhkan Rp20 juta.
“Keseluruhan anggaran untuk kebutuhan normalisasi sungai yang kritis membutuhkan hingga Rp 1,5 triliun. Satu sungai bervariasi anggarannya, tapi rata-ratanya Rp20 juta/ 2 meter. Bayangkan saja ada berapa hektare sungai yang harus dinormalisasi,” kata Carisal, Senin (20/03).
Dari 600 titik kritis sungai tersebut, BBWSCC menggolongkannya ke berbagai kategori, yaitu kategori merah, kuning dan hijau. Di titik merah terdapat 151 titik kritis, sementara sisanya ada di titik kuning dan hijau.
Hingga saat ini, BBWSCC melakukan penanganan banjir dengan mengundang BMKG yang dijadikan pijakan untuk antisipasi tersebut.
“Langkah selanjutnya kami letakkan karung berisi pasir di titik kritis, minimal kami stok hingga 500 karung di tiap titik kritis. Karung ini sangat berguna untuk meminimalisasi tingkat ketinggian air,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Program dan Perencanaan Umum BBWSCC Dwi Agus Kuncoro mengatakan, saat ini di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang digelar lelang untuk proyek normalisasi Sungai Ciberes.
“Lelang diperkirakan selesai pada Mei mendatang, kemudian kita lihat dulu kondisi cuacanya apakah masih terus diguyur hujan atau tidak, namun kami perkirakan di Mei itu hujan sudah mulai menurun instensitasnya,” ucap Agus.
Menurutnya, normalisasi Sungai Ciberes memang sudah mendesak. Normalisasi di sungai ini tadinya akan dilakukan pada dua tahun yang lalu, namun saat itu warga sekitar masih enggan dibebaskan lahannya. Saat ini, warga di sekitar sungai sudah bersedia tanahnya dibebaskan.
“Pembebasan lahan untuk akses keluar masuk alat berat saat normalisasi dilakukan. Jadi, tahun ini kita akan gelar,” katanya.
Agus menambahkan, banjir di Sungai Ciberes yang merendam ribuan rumah di Kecamatan Gebang dan sekitarnya merupakan siklus 25 tahunan. Banjir besar di sekitar sungai ini terakhir terjadi pada 25 tahun yang lalu.
“Kita sangat berharap saat normalisasi sungai tersebut dilakukan, kemudian dibangun tanggul maka kita bisa memutus mata rantai siklus 25 tahunan tersebut,” ujar Agus. (Iskandar)