Citrust.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggelar webinar Proyeksi Panas Bumi di Kuningan, Selasa (22/6). Acara yang difasilitasi Diskominfo Kabupaten Kuningan itu membahas manfaat dan dampak energi geothermal bagi masyarakat dan lingkungan.
Mengawali diskusi, Harun Al Rasyid, dari Kementerian ESDM, memaparkan, panas bumi adalah eneegi terbarukan yang bisa diaplikasikan secara langsung maupun tidak langsung. Potensi itu lebih banyak di kawasan hutan, terutama konservasi, salah satunya di Kuningan.
“Di Kuningan, ada potensi yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan energi langsung sebagai pembangkit listrik panas bumi atau bisa dimanfaatkan secara tidak langsung, seperti agrobisnis pariwisata dan perkenalan,” ujarnya.
Ia menuturkan, panas bumi di Kuningan masih tahap awal. Belum ada studi panas bumi yang detail, seperti Geologi, Geogifisika dan Geokimia (3G), untuk memetakan nilai awal di suatu kawasan.
“Data terkait panas bumi di Kuningan belum clear. Maka, izinkan kami untuk studi 3G. Nanti kami akan mengambil sampel air dan dimodelkan. Nanti kita lihat akan mempengaruhi tidak injeksinya. Itu akan kami buka semuanya. Kami janji ke pemda, ada hasil laporan dari studi Kementerian ESDM terkait potensi panas bumi yang ada,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Achmad Sjarmidi, dari ITB, mengutarakan, upaya yang dilakukan Kementerian ESDM adalah mengoptimalkan regulasi sebagai peluang untuk mendukung panas bumi, sambil tetap menjaga fungsi hutan.
“Sederhananya, boleh panas bumi, tetapi tidak mengganggu fungsi hutan,” katanya.
Sedangkan menurut Doni, dari Forum Energi Bersih dan Berkeadilan, masyarakat harus punya konstribusi yang utama. Bicara keadilan adalah bagaimana kesejahteraan masyarakat. Terkait keadilan energi, tidak hanya energinya yang terpakai, tetapi juga kemasyarakatan dan sosialnya.
“Sosialisasi memang belum dilakukan secara masif. Selama ini, mungkin yamg kami coba lakukan adalah kajian rekayasa sosial agar sosialisasi yang masuk ke masyarakat pun clear. Bukan cuma dari sisi benefit pascapembangunan, tetapi juga prapembangunan,” terangnya. (Andin).
Komentar