Kampung Anyaman Terancam Punah

  • Bagikan

KUNINGAN, (CT) – Lingkungan masyarakat kampung Wangun dan Talahab, Kab. Kuningan, yang terkenal dengan sebutan kampung anyaman. Kini, kondisinya tidak seperti dulu lagi alias terancam punah. Potensi yang melatarbelakangi terhadap kepunahan kampung anyam yakni di picu oleh berkurangnya generasi muda yang menekuni keterampilan tersebut. “Memang dahulu daerah kami terkenal dengan sebutan kampung anyam. Beberapa anyaman yang di hasilkan melalui keterampilan masyarakat sekitar, yaitu semacam aneka wadah yang berbagai ukuran. Seperti, Dingkul (wadah dari anyaman bambu), tampir (tabsi besar), aseupan (penanak nasi) dan rinjing (keranjang)”, kata Kaswi (60) salah seorang pengrajin anyaman saat di temui lingkungan setempat, kemarin (8/9/14).

Menurut Kaswi, kepiawaian dalam membuat anyaman bambu itu merupakan warisan orang terdahulu. Sebab, keberadaan tersebut juga didukung melalui banyaknya bahan baku yang mudah di dapat dari areal perkebunan lingkungan kampung sekitar. “Kalau nenek (saya), bisa menganyam seperti ini memang dari gadis. Apalagi untuk bahan baku (bambu) dalam pembuatan anyaman mudah di dapat”. Imbuh Kaswi (60), yang juga warga Blok Awi Luar, RT 23 RW 5, Kampung Wangun, Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan Kab. Kuningan.

Di ceritakan, meski usaha pembuatan anyaman ini tidak sebanding dengan upah yang di kerjakan. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk membuat beberapa jenis wadah dari anyaman bambu. “Kalau melihat upah memang tidak seimbang dengan tenaga dan modal yang dikeluarkan. Tapi, keberadan itu sebagai kegiatan saja dalam mengisi waktu”, ujarnya.

Dalam sehari, kata Kaswi, mulai dari penebangan bambu dari kebun miliknya, hingga di potong -potongan sesuai ukuran. Adapun jenis bambu yang banyak di gunakan untuk anyaman kerajian ini di dominsi oleh jenis bambu tali. “bambu yang di gunakan memang kebanyakan jenis bambu tali. Karena, sifat dari bambu itu memiliki kelenturan dan mudah di urut”, kata Kaswi. Sementara itu di tempat terpisah, Ketua RW setempat, yakni Awang mengatakan, pihaknya membenarkan, jika kondisi pengarajin anyaman di kampungnya, dalam pertahunnya mengelami penurunan. “Iya kang, warga daerah kami dulu kebanyakan pengerajin anyamanan. Namun, untuk beberapa tahun terkahir, yang masih menggeluti usaha anyaman tersebut, jumlahnya kisaran 60 persen. “jelas Awang. (CT-111)

BACA JUGA:  Pasar Jagasatru, Pusat Sayur-Mayur Termurah di Cirebon
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *