CIREBON (CT) – Perajin kain tenun di Desa Pamijahan yang menghasilkan produk berupa kain tenun Tajung, Blongsong dan Blongket yang beredar di pasaran kain di Cirebon selama ini sebagain besar bukan berasal dari Palembang, tapi asli buatan tangan masyarakat Kabupaten Cirebon, Jumat (13/05).
Uniknya, kualitas produk yang dihasilkan oleh warga desa pamijahan ini tak kalah hebat dengan produsen aslinya di Palembang. Setiap harinya, puluhan kain Tajung, Blongsong dan Blongket diproduksi warga Desa Pamijahan Kecamatan Plumbon Medianya pun tergolong masih tradisional, terbuat dari kayu kotrekan (Alat penenun).
“Dulu banyak orang sini yang merantau ke Sumatera dan membuat kain tenun di sana. Hanya saja di Palembang mencari pekerja untuk menenun susah, sehingga mulailah dikembangkan kain tenun Palembang di Cirebon,Ukurannya ada dua macam, ada yang 4×2 meter, dan 4×1,2 meter,” Terang H.Ato kepada CT.
Dalam sehari, setiap pekerja bisa menghasilkan 1 stel kain dan selendang. Untuk kain sarung, bisa membuat 7 potong dalam dua hari.
“Rata-rata dalam seminggu kami bisa 8 potong untuk kain perempuan dan 25 potong untuk kain sarung,” papar Ato seraya menjelaskan bahan baku benang dan pewarna didatangkan langsung dari Palembang.
Proses pengirimannya, kata dia bisa memakan waktu dua minggu untuk 10 kodi. Produk-produk ini lalu dipasarkan ke berbagai daerah, seperti Palembang, Jambi, Riau dan Cianjur.
“Untuk satu potong kain tenun paling murah Rp 100 ribu hingga yang paling mahal Rp 650 ribu. Harga itu tergantung motif, jenis dan bahan kainnya,” pungkasnya. (Johan)