Kabut Asap Pembakaran Jerami Mengganggu Aktivitas Pengendara

Citrust.id – Dengan mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani, luas wilayah Indramayu yang tercatat seluas 204.011 hektare didominasi lahan pertanian. Maka tak heran jika Indramayu disebut-sebut sebagai lumbung padi Jawa Barat.

Hasil panen yang melimpah menyisakan limbah jerami yang melimpah pula. Seringkali saat panen tiba, petani membakar jerami langsung di atas lahan pertanian. Hal itu berdampak buruk tidak hanya kepada lahan pertanian dalam jangka panjang karena mengurangnya kandungan unsur hara di dalam tanah. Selain itu, asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi udara dan mengganggu aktivitas warga yang dapat menimbulkan penyakit pernapasan.

Seperti yang terjadi di daerah Jalan Soekarno Hatta, Balongan, Indramayu, Senin (1/10/18). Asap pembakaran jerami mengganggu penglihatan pengendara yang melintas di area tersebut, sehingga beberapa pengendara terlihat menyalakan lampu utama di siang hari dan menutup hidung mereka ketika melintasi daerah tersebut.

Para petani percaya bahwa jerami yang dibakar akan menjadi pupuk untuk tanahnya. Padahal, batang padi yang dibiarkan membusuk di atas lahan pertanianlah yang nantinya akan menjadi humus, bahan organik yang membuat tanah menjadi semakin subur.

“Pengaruhnya sangat tidak baik untuk tanah secara berkelanjutan. Dampaknya, perubahan pada komponen fisik dan kimia tanahnya serta berdampak buruk juga bagi masyarakat sekitar,” tutur Ega salah satu aktivis lingkungan hidup.

Dengan terus-menerus membakar jerami di lahan persawahan, secara berangsur-angsur tanah akan menjadi tandus dan menurun produktivitasnya. Dengan kata lain, hasil panen padi dalam jangka panjang akan berangsur menurun kualitasnya.

“Sebaiknya batang padi yang selesai dipanen dibuat untuk pakan ternak atau pupuk kompos saja,” imbuhnya./hamdan

BACA JUGA:  Fitria Pamungkaswati Didapuk Jadi Ketua DPC PDIP Kota Cirebon

Komentar